Bisnis.com, JAKARTA – Empat emiten BUMN Karya (WIKA, WSKT, PTPP, dan ADHI) merilis kinerja keuangan. Saham mana yang paling berpotensi cuan?
Sebanyak 4 emiten BUMN karya telah merilis laporan keuangan per kuartal III/2022. Terdapat emiten yang laba bersihnya melejit, tetapi ada pula yang malah berbalik rugi. Bagaimana rekomendasinya?
Paling anyar, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mencatatkan berbalik rugi pada kuartal III/2022, padahal kinerja pendapatannya bertumbuh.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2022, dikutip Selasa (15/11/2022), emiten bersandi WIKA ini mencatatkan pendapatan bersih tumbuh 9,8 persen menjadi Rp12,79 triliun dibandingkan dengan realisasi tahun lalu Rp11,64 triliun.
Sayangnya, kinerja ciamik pendapatan tersebut tidak diiringi efisiensi dan keberlanjutan penghasilan dari entitas asosiasi, sehingga laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk WIKA berbalik menjadi rugi Rp27,96 miliar per 9 bulan 2022.
Hal ini berbanding terbalik dengan posisi laba bersih dari laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp104,94 miliar pada edisi yang lama tahun lalu.
Baca Juga
Jika hanya mengacu pada aktivitas usaha, laba usaha WIKA berhasil tumbuh 29,7 persen menjadi Rp865,54 miliar per kuartal III/2022. Hal ini sebagai bagian dari kemampuan WIKA melakukan efisiensi jumlah beban usaha yang hanya Rp235,07 miliar dari posisi Rp306,86 miliar.
WIKA juga mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan dari Rp10,67 triliun menjadi Rp11,69 triliun pada 9 bulan tahun ini, tetapi laba kotornya tetap naik menjadi Rp1,1 triliun dari Rp974,43 miliar.
WIKA berbalik rugi sebagai akibat dari kenaikan sejumlah pos terutama dari pos pendapatan dan beban lain-lain. Selain itu, WIKA juga mencatatkan penurunan laba dari entitas asosiasi.
Dari 4 emiten karya, agaknya PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih paling melejit seiring suksesnya perseroan melepas 3 aset tol.
WSKT berhasil mengembalikan hasil kinerja yang positif pada kuartal III/2022 dengan mencatatkan pertumbuhan laba bersih 766,6 persen seiring penjualan sejumlah aset tol perseroan.
Dalam keterbukaan informasi, WSKT mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang sangat signifikan. Waskita mencatatkan laba bersih sebesar Rp578,17 miliar melonjak 766,6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp66,71 miliar.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan perbaikan kinerja Waskita sampai dengan kuartal III/2022 ini menandakan strategi penyehatan keuangan dengan 8 stream yang diterapkan sejak tahun lalu sudah berjalan dengan baik.
“Pencapaian laba bersih ini didukung oleh adanya pendapatan konstruksi, fabrikasi, property dan juga strategic partnership tiga ruas tol pada triwulan III," paparnya dalam keterbukaan informasi tersebut.
Waskita sebagai salah satu perusahaan BUMN yang ikut berkontribusi membantu program pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur jalan tol dan infrastruktur lainnya.
"Kami tidak hanya dapat membangun jalan tol yang bermanfaat bagi masyarakat, tapi juga mampu mencatatkan profitabilitas melalui proses bisnis strategic partnership,” tuturnya.
Selama periode Januari hingga September 2022, WSKT membukukan pendapatan usaha sebesar Rp10,30 triliun tumbuh 44,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp7,12 triliun.
Perseroan juga berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp988,15 miliar atau tumbuh 28,77 persen dari tahun lalu, yaitu sebesar 767,40 miliar.
Perseroan juga mencatatkan total aset sebesar Rp99,90 triliun, total liabilitas Rp82,40 triliun, serta total ekuitas perusahaan sebesar Rp17,50 triliun.
Sementara itu, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga 24 persen pada kuartal III/2022.
Corporate Secretary Adhi Karya Farid Budiyanto menjelaskan sampai dengan September 2022, emiten berkode ADHI ini membukukan pendapatan sebesar Rp9,1 triliun, meningkat 24 persen dibandingkan pendapatan September 2021 sebesar Rp7,4 triliun.
"ADHI juga mencetak laba bersih sampai dengan September 2022 sebesar Rp21 miliar atau naik sebesar 24 persen dari laba bersih September 2021," katanya.
Peningkatan bottom line ADHI pada September 2022, lanjutnya, selain dikontribusikan dari peningkatan pendapatan juga disebabkan adanya efisiensi pada beban usaha.
Hal tersebut terlihat dari penurunan margin beban usaha dari 7 persen di September 2021 menjadi 6 persen di September 2022. Kemudian, beban bunga mengalami penurunan sebesar 7 persen di September 2022 dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, terjadi peningkatan pendapatan ventura bersama sebesar 39,2 persen pada September 2022 menjadi Rp256,9 miliar dari Rp184,5 miliar.
"Hal ini menunjukkan konsistensi ADHI dalam pertumbuhan berkelanjutan berupa peningkatan kinerja perusahaan dan menjaga kinerja yang positif sejak awal pandemi hingga saat ini," tambahnya.
Sementara itu, terjadi penguatan juga pada rasio keuangan antara lain Debt to Equity Ratio (utang berbunga) pada September 2022 menurun menjadi 1,75 kali dibandingkan 2,03 kali pada September 2021. Selain itu current ratio ADHI juga meningkat menjadi 1,20x pada September 2022 dari 1,02 kali pada September 2021.
Adapun, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) membukukan pendapatan sebesar Rp13,46 triliun pada kuartal III/2022. Laba bersih yang dicatatkan PTPP mencapai Rp141,02 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2022, PTPP mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp13,46 triliun atau meningkat 16,71 persen dari periode yang sama atau year-on-year (yoy). Pada tahun 2021, PTPP membukukan pendapatan sebesar Rp11,21 triliun.
Selanjutnya, PTPP mencatatkan peningkatan beban pokok pendapatan dari Rp9,79 triliun menjadi Rp11,64 triliun pada kuartal III/2022. Hal ini membuat laba kotor PTPP meningkat 27,97 persen menjadi Rp1,42 triliun dari Rp1,81 triliun.
Equity Research Analyst Ciptadana Sekuritas Arief Budiman menerangkan dalam risetnya menjelaskan neraca keuangan yang ketat masih menjadi kekhawatiran utama dari emiten karya ini sehingga membutuhkan pendanaan tambahan.
"Kontraktor BUMN saat ini memiliki struktur capital leverage yang tinggi dengan debt to equity ratio rata-rata 3 kali, dengan WSKT 5.3 kali, WIKA 2,5 kali, ADHI 2 kali, dan PTPP 1,9 kali [berdasarkan lapkeu kuartal II/2022]. Beban utang yang tinggi ini sekaligus menghasilkan penyelesaian proyek yang sudah ada menjadi lebih lambat karena kurangnya pendanaan," terangnya.
Namun, kinerja emiten karya ini akan sedikit tertolong pada 2023 seiring anggaran infrastruktur yang meningkat. Pemerintah mengalokasikan anggaran infrastruktur sebesar Rp392 triliun pada 2023 di RAPBN, lebih tinggi 7,8 persen dari tahun ini yang sebesar Rp363,8 triliun. Hal ini mendukung akselerasi pembangunan infrastruktur dasar dan transformasi ekonomi, termasuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Ciptadana menilai pertumbuhan kontrak baru BUMN karya dapat tumbuh 23,5 persen menjadi Rp125,1 triliun pada 2023 mendatang. Namun, beberapa faktor seperti potensi pelemahan fiskal karena ekonomi global serta persiapan Pemilu 2024 dapat memperlambat pencairan dana proyek.
Ciptadana masih rekomendasikan netral sektor ini dengan neraca keuangan yang yang lemah. Rekomendasinya hold, dengan PTPP sebagai top pick karena mendapatkan nilai kontrak tertinggi dan margin yang lebih tinggi, juga posisi DER 1,9 kali pada Semester I/2022.
Rekomendasi hold kepada semua BUMN karya, dengan target price (TP) PTPP pada 1.050, WIKA 1.000, ADHI 860, dan WSKT 540.
Sementara itu, Equity Research Analyst Sinarmas Sekuritas Mayang Anggita menerangkan secara teknikal saham-saham BUMN karya masih menarik diperhatikan.
"WIKA nampak berhasil ditutup di atas Support MA10 di 925, dengan harapan mampu bergerak ke utara menuju titik previous High 955," terangnya kepada Bisnis.
Level ini harus mampu ditembus, sehingga terbuka jalan untuk memenuhi tugas tutup Gap 1015 extended to target dari pola Inverted Head and Shoulders di seputaran 1.035. Dia merekomendasikan WIKA Speculative Buy dengan support 925 dan resistance pada 955, 1.015--1.035.
Selanjutnya, ADHI direkomendasikan Buy on Break ketika mampu menembus MA10 di 550, dan Average Up di sekitar MA20 di angka 560.
ADHI diharapkan mampu melanjutkan perjalanan ke utara menuju Horizontal Resistance 635-645. Baiknya batasi resiko jika ADHI melemah di bawah 515. Rekomendasi Buy on Break dengan support 515 dan resistance 550--560 dan 635--645.
Selanjutnya, PTPP harus mampu menghadapi MA50 di 930 sehingga berpeluang melanjutkan perjalanan ke utara menuju target dari pola Inverted Head and Shoulders di seputaran 1000.
Destinasi selanjutnya adalah trendline jangka pendek di angka 1050. Rekomendasi untuk PTPP adalah Hold dengan support pada 900 dan resistance 930, 1.000, 1.050.
Kemudian, WSKT mendapatkan rekomendasi Buy on Break di atas MA10 472 dengan target terdekat pada resistance previous High 482--484.
WSKT harus mampu menembus area rintangan ini, sehingga berpeluang untuk lanjut ke utara menuju Resistance psikologis 500. Baiknya batasi resiko jika WSKT melemah di bawah MA20 468. Rekomendasi Buy on Break dengan support 468 dan resistance 482--484, 500.