Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GOTO Masuk Daftar Emiten Rendah Karbon, Kok Bisa? Ini Jawaban BEI

Bursa Efek Indonesia memberikan penjelasan terkait GOTO yang masuk dalam indeks khusus bagi saham yang rendah emisi karbon.
Pengemudi ojek online (ojol) menunjukan logo GoTo di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengemudi ojek online (ojol) menunjukan logo GoTo di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia memberikan penjelasan terkait GOTO yang masuk dalam indeks khusus bagi saham yang rendah emisi karbon.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan masuknya saham GOTO ke dalam Indeks LQ45 Low Carbon telah melewati serangkaian proses.

Adapun BEI memiliki tiga kritera dalam proses seleksi saham yang masuk dalam indeks anyar tersebut. Pertama, mengeluarkan saham semesta yang masuk ke dalam industri batu bara berdasarkan IDX-IC.

Kedua, menyesuaikan bobot di sektornya masing-masing sesuai dengan carbon intensity. Ketiga, mengeluarkan konstituen dengan nilai carbon intensity tertinggi apabila Portfolio Weighted Average Carbon Intensity belum mencapai minimal 50 persen dibandingkan LQ45 (parent index).

Jeffrey menambahkan semesta saham yang digunakan adalah konstituen indeks LQ45 yang mengungkapkan data emisi karbon gas rumah kaca (GRK) Scope 1 dan Scope 2 pada laporan keberlanjutan periode berjalan.

“Dengan menggunakan kriteria tersebut saham GOTO memenuhi syarat untuk masuk dalam salah satu konstituen Indeks Low Carbon,” katanya dikutip Senin (14/11/2022).

Jeffrey menambahkan indeks itu bertujuan untuk mengurangi eksposur intensitas emisi karbon atas portofolio sebesar minimal 50 persen dibandingkan dengan Indeks LQ45 sebagai parent index. Setelah melakukan penyesuaian bobot per sektor sesuai dengan carbon intensity dan mengecualikan perusahaan di industri batu bara sesuai dengan klasifikasi IDX-IC.

“Dalam menentukan saham yang masuk dalam LQ45 kriteria utama adalah memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental dan kepatuhan yang baik,” imbuhnya.

Adapun, likuditas yang tinggi dan size yang besar akan memudahkan pelaku pasar atau MI untuk melakukan transaksi jika memasukkan dalam portofolio mereka.

Di sisi lain, GOTO melaporkan kerugian penyesuaian rugi sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang melebar menjadi Rp4,14 triliun pada Agustus dari kerugian pro-forma sebesar Rp3,9 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper