Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami penguatan pada pekan ini seiring dengan rilis data pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa Indonesia.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra dalam laporannya pada Senin (7/11/2022) menjelaskan, beberapa sentimen positif dari pekan lalu yang masih akan menopang pergerakan IHSG minggu ini adalah data PMI Indonesia, inflasi dan kenaikan suku bunga AS.
Sementara itu, ia menyebutkan ada 2 sentimen positif baru yang akan menjadi bahan bakar baru untuk kenaikan IHSG pekan ini. Sentimen tersebut adalah cadangan devisa dan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Rifqi memaparkan sentimen positif PMI Indonesia yang tetap di level ekspansif, dimana indeks turun ke 51,8 dari sebelumnya 53,7, output produksi dan permintaan baru tumbuh lebih lambat, tekanan inflasi mulai melambat dan kepercayaan bisnis meningkat tajam.
"Indeks PMI Manufaktur digunakan untuk melihat tren perekonomian pada sektor manufaktur dan jasa. PMI yang masih ekspansif pada 51,8 menandakan pertumbuhan sektor manufaktur dan jasa. Tidak perlu khawatir, karena perlambatan belum terjadi. Ini jadi sentimen positif bagi IHSG," jelasnya
Terkait dengan inflasi, ia menjelaskan bahwa pada Oktober tercatat deflasi 0,11 persen month on month (mom) atau lebih rendah dari konsensus inflasi 0,10 mom persen dan sebelumnya +,17 persen mom.
Baca Juga
Secara tahunan, inflasi sebesar 5,71 persen yoy juga lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu 5,95 persen and konsensus pasar sebesar 5,98 persen. Inflasi inti secara tahunan pun masih di dalam target BI 3±1 persen sebesar 3,31 persen.
“Data-data tersebut mengindikasikan tekanan inflasi akibat kenaikan BBM sudah mereda,” jelasnya.
Sementara itu, The Fed juga telah memutuskan kenaikan suku bunga 75 basis poin ke level 4 persen. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan obrolan untuk memberhentikan kenaikan suku bunga sementara masih cukup prematur. Selanjutnya, pelaku pasar memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga bulan Desember akan lebih rendah dari biasanya.
Rifqi menuturkan, pada bulan Desember kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan setinggi saat ini. Hal tersebut akan menjadi sentimen positif bagi bursa global termasuk Indonesia.
Terkait dengan 2 sentimen positif pekan ini yang akan menggenjot kenaikan IHSG, Rifqi menjelaskan nilai cadangan devisa yang cukup tinggi menjadi salah satu indikator untuk kestabilan nilai tukar mata uang suatu negara. Apabila cadangan devisa yang tercatat nanti naik, akan menjadi sentimen positif bagi IHSG.
"Cadangan devisa Indonesia tidak akan berkurang banyak karena neraca perdagangannya masih potensi surplus. Cadangan devisa yang tinggi membuat investor akan menghilangkan kekhawatirannya terhadap fluktuasi nilai mata uang,” jelasnya.
Sementara itu, data pertumbuhan perekonomian Indonesia merupakan salah satu indikator terpenting untuk melihat arah pertumbuhan ekonomi suatu negara. Rifqi mengatakan investor sangat mengantisipasi rilis pertumbuhan perekonomian Indonesia hari ini.
“Kuartal I dan kuartal II sudah tumbuh 5,01 persen dan 5,44 persen. Ekspekstasinya pertumbuhan di kuartal III akan lebih tinggi dengan konsensus analis sebesar 5,60 persen, dan jika rilisnya lebih baik atau sesuai maka akan menjadi pendorong kenaikan IHSG minggu ini,” katanya.
Di tengah potensi penguatan IHSG pekan ini, Rifqi merekomendasikan sejumlah saham yang dapat dicermati dalam sepekan ke depan. Beberapa saham tersebut adalah ISAT dengan level support Rp6.525, dan resistance Rp7.050, INTP pada support Rp10.125 dan Resistance Rp11.200), SMGR di level support Rp8.000 dan resistance Rp8.500, INKP pada support Rp9.900 serta resistance Rp11.275, dan INCO pada level support Rp6.600 dan resistance Rp7.000.
Selanjutnya, ia juga merekomendasikan buy pada saham ANTM di level support Rp1.880, dan resistance Rp2.000, MDKA pada support Rp3.890 dan resistance Rp4.160, SCMA di support Rp236, resistance Rp248, LPPF di level support Rp4.710, resistance Rp4.970, serta BIRD dengan level support Rp1.600 dan resistance pada Rp1.720.