Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa sektor saham masih dapat dicermati investor di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah seperti saham perbankan dan energi.
Berdasarkan data Bloomberg, pada hari ini, Kamis (29/9/2022) nilai tukar rupiah ditutup menguat 4 poin atau 0,03 persen sehingga parkir di posisi Rp15.262,50 per dolar AS. Indeks dolar AS pada pukul 15.10 WIB terpantau menguat 1,02 poin atau 0,91 persen ke level 113,62.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menuturkan sejumlah sektor saham masih akan menikmati efek positif dari pelemahan nilai tukar rupiah. Salah satu segmen yang akan mendapat dampak positif adalah pertambangan.
Dennies menjelaskan, emiten di sektor pertambangan, terutama energi, berpotensi mencatatkan pertumbuhan penerimaan yang cukup optimal. Hal tersebut seiring dengan kegiatan ekspor yang dilakukan oleh perusahaan – perusahaan pada sektor ini.
“Karena tambang kita ekspor yang diterima adalah dolar AS sehingga revenue bisa naik,” jelas Dennies saat dihubungi, Kamis (29/9/2022).
Sektor lain yang akan menerima dampak positif dari pelemahan rupiah adalah perbankan. Menurut Dennies, dengan kenaikan suku bunga masyarakat akan lebih banyak menyimpan uangnya dengan menabung.
Baca Juga
Aktivitas masyarakat tersebut memungkinkan bank mendapatkan pendanaan (funding). Sehingga hal ini juga dapat menyeimbangkan pertumbuhan kredit yang telah tumbuh sejak tahun lalu dipicu oleh suku bunga rendah.
Di sisi lain, Dennies menuturkan beberapa sektor yang akan terdampak negatif akibat pelemahan rupiah adalah properti dan real estate, infrastruktur, serta otomotif.
Seiring dengan hal tersebut, Dennies mengatakan investor dapat mencermati saham BBCA untuk perbankan. “Untuk pertambangan atau energi investor dapat mengoleksi INDY, ADRO, dan MEDC,” pungkasnya.
Sebelumnya, peningkatan ekspor CPO dan batu bara dinilai dapat menjadi obat penangkal dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan peningkatan ekspor masih menjadi andalan bagi surplus neraca perdagangan Indonesia. Liza menilai komponen ekspor memiliki peranan penting khususnya untuk komoditas crude palm oil (CPO).
“Apabila harganya bisa bangkit dari posisi saat ini di sekitar 3.460, maka akan semakin memperbesar nilai ekspor kita,” kata Liza.
Lebih lanjut, Liza mengatakan ada kemungkinan sektor batu bara memiliki kesempatan untuk merambah pasar Eropa. Hal ini lantaran saat ini Eropa masih dilanda krisis energi.