Bisnis.com, JAKARTA – Sektor komoditas nikel menarik dicermati melihat ketahanannya di tengah era inflasi dan kenaikan suku bunga saat ini. Analis Samuel Sekuritas Indonesia memilih PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam menjadi top picks.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Olivia Laura mengatakan meyakini bahwa harga nikel akan tetap tinggi hingga akhir 2022 di kisaran US$23.600 per ton dan 2023 di kisaran US$23.000 per ton.
“Hal ini tentunya akan menguntungkan Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebesar 21 juta metrik ton, dan juga merupakan pemasok nikel terbesar di dunia dengan angka produksi 1 juta ton nikel per tahun, lebih dari dua kali lipat pesaing terdekatnya Filipina 360.000 ton,” ungkap Olivia dalam riset, Kamis (22/9/2022).
Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan industri stainless steel masih akan menjadi pendorong utama permintaan nikel untuk beberapa waktu ke depan. Selain stainless steel, industri lain yang berpotensi mendongkrak permintaan nikel adalah industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Selain itu, permintaan baterai EV juga diperkirakan akan terus meningkat dengan CAGR sebesar 13,5 persen hingga 2040, dengan pangsa permintaan sebesar 36 persen. Pada 2030, industri baterai EV diproyeksikan menyerap 1,1 juta ton nikel, lebih dari lima kali lipat angka saat ini.
Indonesia sendiri akan memulai ekosistem industri baterai EV bersama dengan hadirnya Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan melibatkan empat BUMN – MIND ID, Aneka Tambang (ANTM), PT Pertamina, dan PT PLN.
Baca Juga
Setiap BUMN akan memiliki peran yang berbeda dengan Inalum dan Antam di bidang penambangan dan pemurnian nikel, Pertamina bertugas dalam pembangunan dan pengoperasian pabrik prekursor, sel baterai, dan pengemasan, dan PLN melaksanakan distribusi dan daur ulang baterai.
Sementara itu, INCO akan mengerjakan tiga proyek smelter, yaitu Bahodopi bersama Tisco dan Xinhai, smelter Sorowako bersama Huayou, dan Pomalaa bersama Huayou dan Ford. Ketiganya ditargetkan mulai beroperasi pada 2025/2026.
“Saat ini, kami memberikan outlook Netral pada sektor ini. Meskipun kami memperkirakan harga nikel masih akan lebih tinggi dari angka rata-rata 5 tahunnya pada 2023, ada risiko penurunan harga jika suplai dari Rusia kembali masuk ke pasar dan Indonesia kembali mengekspor bijih nikel apabila Indonesia kalah dari Uni Eropa (UE) dalam sengketa terkait larangan ekspor bijih nikel,” jelas Olivia.
Adapun, Top pick Samuel Sekuritas Indonesia adalah ANTM dengan target harga di Rp2.500, berdasarkan 15,5x P/E 2023, karena fakto eksposur langsung terhadap pengembangan baterai EV, terutama setelah formalisasi kemitraan IBC dan ANTM dengan CATL, dan lini produk yang lebih beragam.
“Namun, kami masih cukup optimistis dengan prospek perusahaan pertambangan nikel karena kami tetap yakin bahwa permintaan baterai EV dan NMC akan melonjak di masa depan,” imbuhnya.
Adapun, risiko yang bakal menekan sektor ini adalah penurunan harga akibat peningkatan pasokan dari Rusia, penurunan permintaan nikel, dan perubahan regulasi. Sedangkan yang bisa menjadi pendorong antara lain pertumbuhan permintaan EV yang lebih tinggi dari perkiraan.