Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Optimisme AKRA hingga Dilema Hantui OJK

Beberapa berita analisis turut diulas seperti jurus Erick Thohir turunkan harga tiket pesawat, bisnis Shopee, harga BBM Pertalite hingga siasat OJK.
SPBU yang dikelola PT AKR Corporindo Tbk. AKR  memiliki jaringan 142 stasiun pelayanan di tahun 2018 yang menyalurkan produk BBM minyak solar dengan merek dagang AKRA SOL dan bensin Ron 92 dengan merek dagang AKRA 92./akr.co.id
SPBU yang dikelola PT AKR Corporindo Tbk. AKR memiliki jaringan 142 stasiun pelayanan di tahun 2018 yang menyalurkan produk BBM minyak solar dengan merek dagang AKRA SOL dan bensin Ron 92 dengan merek dagang AKRA 92./akr.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten distribusi minyak dan bahan kimia hingga pengelolaan kawasan industri, PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), optimistis kinerja keuangannya bakal meningkat signifikan hingga akhir tahun nanti. Indikasinya sudah terlihat di paruh pertama dan sejumlah prospek baru mulai terbuka.

Perseroan optimistis pendapatannya dapat menembus lebih dari Rp40 triliun pada akhir tahun ini. Hal ini didorong oleh naiknya harga minyak dan volume penjualan yang meningkat. Nilai itu bakal mencerminkan peningkatan yang signifikan, mengingat tahun lalu pendapatannya baru Rp25,4 triliun.

Optimisme AKRA menjadi salah satu berita pilihan yang diulas secara komprehensif di Bisnisindonesia.id. Selain itu, beberapa berita analisis turut diulas seperti jurus Erick Thohir turunkan harga tiket pesawat, bisnis Shopee, harga BBM Pertalite hingga siasat OJK

1. Optimisme AKRA Pecahkan Rekor Kinerja di Akhir 2022

Capaian kinerja AKRA pada 2021 lalu sejatinya sudah lebih tinggi ketimbang kondisi sebelum pandemi. Jika proyeksi pendapatan Rp40 triliun itu benar-benar tercapai, hal itu bakal menjadi rekor baru bagi kinerja keuangan AKRA.

Adapun, pada paruh pertama tahun ini, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan AKRA tercatat mencapai Rp21,98 triliun, melesat 107,5 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY), sedangkan pendapatan sewa naik 11 persen YoY menjadi Rp126,2 miliar.

Dengan demikian, secara total pendapatan AKRA mencapai Rp22,1 triliun, meningkat pesat 106,5 persen YoY dari Rp10,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Capaian pendapatan perseroan pada paruh pertama tahun ini sudah hampir menyamai capaian setahun penuh pada 2021 lalu.

Peningkatan pendapatan ini didukung oleh pertumbuhan volume di segmen perdagangan dan distribusi, yang disertai peningkatan signifikan di harga jual rata-rata bahan kimia dasar dan BBM yang didistribusikan AKRA.

2. Jurus Erick Thohir Turunkan Harga Tiket Pesawat Garuda

Persoalan harga tiket pesawat memang tidak ada habis-habisnya. Di tengah tingginya harga avtur, Kementerian Badan Usaha Milik Negara menyusun strategi agar maskapai plat merah dapat menekan tarif penumpang kelas ekonomi.

Lonjakan tarif transportasi udara telah berlangsung sekitar April 2022. Sekitar dua bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina di Eropa Timur. Situasi ini menyebabkan pasokan energi memasuki tingkatan baru. 

Seketika, harga minyak dunia bersama komoditas energi lain meroket. Imbasnya, bahan bakar pesawat yakni avtur ikut terkerek. Maskapai dalam negeri bahkan mencatat adanya tambahan beban operasional seiring dengan kondisi itu. 

Besarnya beban operasional tak pelak memperkecil ruang bagi perusahaan penerbangan meraup untung. Ditambah lagi, tingkat keterisian penumpang untuk tiap penerbangan belum maksimal. Hal ini setidaknya juga dialami oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA)

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan sejumlah langkah agar maskapai penerbangan nasional seperti Garuda Indonesia dapat menstabilkan harga tiket pesawat.

Dia menegaskan peran maskapai penerbangan milik BUMN itu dapat menjadi motor yang mampu menyediakan tiket pesawat murah untuk rakyat. Salah satu usahanya dengan mendorong maskapai untuk menambah volume penerbangan.

3. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Induk Usaha Shopee

 Induk perusahaan e-commerce Shopee yakni Sea Ltd. mengalami situasi yang tak menguntungkan lantaran mencatatkan kerugian di kinerja keuangannya kuartal II/2022. Sementara itu, harga sahamnya pun terus mengalami koreksi

Seperti dilaporkan oleh Bloomberg, Rabu (17/8/2022), Sea Ltd mengalami koreksi terhadap harga sahamnya sebesar 14 persen di New York Stock Exchange (NYSE) pada Selasa (16/8/2022) waktu setempat.

Koreksi saham tersebut membuat pendiri Shopee, Forrest Li kehilangan US$800 juta atau sekitar Rp11,78 triliun (kurs Rp14,728).

Adapun kerugian dari harga saham yang dialami oleh Sea Ltd lebih besar dari perkiraan untuk tahun 2022. Sejak mencapai level harga tertingginya pada Oktober tahun lalu, saham Sea Ltd. kini telah merosot hingga 80 persen.

Akibatnya, harta Forrest Li sebagai salah satu taipan terkemuka di Singapura merosot hampir US$17 miliar atau sekitar Rp250,39 triliun. Saat ini, kekayaan Li mencapai US$5,1 miliar atau sekitar Rp75,12 triliun. Li kini menjadi orang terkaya keempat di Singapura.

4. Tatkala Kenaikan Harga BBM Pertalite Ada di Tangan 3 Menteri

Makin kencangnya isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dalam beberapa waktu terakhir telah memunculkan keresahan di masyarakat. Terlebih, banyak masyarakat yang mengaku kesulitan mendapatkan bahan bakar murah tersebut.

Di sisi lain, tren konsumsi bahan bakar khusus penugasan atau JBKP itu terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama sejak kenaikan harga Pertamax per 1 April 2022 dari Rp9.000 per liter menjadi Rp12.500—Rp13.000 per liter, sedangkan Pertalite tetap di angka Rp7.650 per liter.

Akibatnya, konsumsi Pertalite menjadi tidak terkendali karena terjadinya perubahan perilaku masyarakat yang beralih dari Pertamax ke Pertalite yang memiliki kadar oktan (research octane number/RON) 90 itu. 

PT Pertamina (Persero) mencatat rata-rata konsumsi Pertalite secara nasional mencapai sekitar 80 persen, sedangkan rata-rata konsumsi Pertamax hanya berkisar di angka 19 persen. Perseroan juga mencatat realisasi penyaluran untuk BBM jenis Pertalite dan Solar subsidi hingga Juli 2022 masing-masing sudah mencapai 70 persen dari kuota yang ditetapkan. 

5. Siasat OJK Atasi Dilema Perpanjangan Relaksasi Restrukturisasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai keputusan untuk memperpanjang atau tidak kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit bagi debitur terdampak pandemi menjadi isu kritikal yang perlu diputuskan secara hati-hati dan penuh pertimbangan.

Meski pemerintah telah meminta OJK untuk kembali memperpanjang kebijakan relaksasi yang seharusnya berakhir pada Maret 2023 tersebut, otoritas tersebut menilai perlu melakukan perhitungan yang lebih matang sebelum mengeksekusi keputusan tersebut.

Stimulus lanjutan tersebut ditargetkan hanya akan menyasar sektor dan segmen bisnis tertentu serta wilayah tertentu yang benar-benar masih membutuhkan stimulus. Artinya, bagi sebagian sektor dan segmen usaha atau sebagian wilayah lainnya di Indonesia, stimulus tersebut akan diakhiri.

Adapun, ketentuan relaksasi tersebut tertuang dalam Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019. Beleid tersebut terbit pada Maret 2020.

Relaksasi tersebut sejatinya hanya berlangsung setahun hingga Maret 2021, tetapi akhirnya terus diperpanjang hingga Maret 2023. Menimbang gejolak ekonomi yang kini masih berlanjut, pemerintah menginginkan agar stimulus tersebut diperpanjang lagi hingga Maret 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Rayful Mudassir
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper