Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Melandai, Emiten Kesehatan Masih Prospek?

Anjloknya kinerja emiten kesehatan pada Semester I/2022 diyakini hanya sementara.
Ilustrasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melihat ruang perawatan yang akan menampung pasien diduga Covid-19 di Siloam Hospitals ASRI di Duren Tiga Pancoran, Jakarta Selatan./Istimewa
Ilustrasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melihat ruang perawatan yang akan menampung pasien diduga Covid-19 di Siloam Hospitals ASRI di Duren Tiga Pancoran, Jakarta Selatan./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Anjloknya kinerja emiten terkait kesehatan pada Semester I/2022 dinilai hanya akan bersifat sementara. Alasannya, kebutuhan kesehatan di Indonesia masih terus meningkat seiring peningkatan perekonomian masyarakat.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menegaskan perlu diingat sektor kesehatan itu mencakup banyak hal, seperti medical check up, terapi, pembukaan resep, penjualan obat-obatan dan suplemen serta alat-alat pendukung kesehatan dan jenis jasa kesehatan lainnya.

"Hal ini adalah sebuah kebutuhan masyarakat sampai kapan pun. Jadi sebenarnya emiten kesehatan masih memiliki ruang bertumbuh, terlebih lagi di tengah kondisi masyarakat saat ini yang sudah melek akan kesehatan," jelasnya kepada Bisnis, Senin (15/8/2022).

Namun, seiring Covid-19 yang tidak lagi menjadi perhatian utama pada 2022 ini, kinerja emiten kesehatan cukup tertekan terutama statusnya telah menjadi endemi.

Faktor ini terang Frankie, yang menjadi tantangan bagi emiten kesehatan di tahun ini. Dari emiten sektor kesehatan, kinerja emiten obat-obatan atau farmasi cukup tertekan jika dibandingkan dengan performanya di tahun lalu.

"Tahun lalu, baik emiten farmasi dan rumah sakit rata-rata menorehkan kinerja yang baik, yang didukung oleh pemasukan dari kenaikan penjualan akibat Covid-19 juga penjualan berbagai obat-obatan dan suplemen untuk mendukung penyembuhan dan meningkatan imunitas tubuh," terangnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, dari 11 emiten rumah sakit dan farmasi yang telah menyampaikan laporan keuangan Semester I/2022, hanya 3 emiten farmasi yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.

Salah satu dari ketiga emiten farmasi tersebut yakni PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang pendapatannya tumbuh 12,16 persen menjadi Rp13,87 triliun, sementara laba bersihnya naik 9,33 persen menjadi Rp1,63 triliun.

Frankie menilai kebutuhan barang dan jasa terkait kesehatan menjadikan emiten seperti KLBF masih dapat mempertahankan kinerjanya di semester 1/2022 ini. Dia merekomendasikan KLBF dengan target level resisten pada 1.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper