Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN menargetkan pertumbuhan laba bersih konsolidasian seluruh BUMN mencapai Rp144 triliun pada 2022 atau tumbuh 14,28 persen.
Menteri BUMN Erick Thohir menerangkan dengan segala upaya transformasi dan transparansi yang BUMN lakukan, wajib menghasilkan pemasukan terhadap negara yang bertumbuh.
"Ujung-ujungnya harus lebih banyak pemasukan modal ke negara dimana yang tadinya BUMN laba konsolidasian hanya Rp13 triliun pada 2020 menjadi Rp126 triliun pada 2021, dan Insyaallah pada 2022 saya sudah lihat bukunya mudah-mudahan naik ke Rp144 triliun, tetap kami coba," jelasnya saat membuka Seminar Menuju Masyarakat Cashless, Rabu (3/8/2022).
Lebih lanjut, Erick bercerita di masa Covid-19 ini, BUMN berkontribusi Rp1.198 triliun ke pemerintah baik pajak, dividen, dan bagi hasil. Jumlah tersebut naik Rp68 triliun dibandingkan dengan sebelum Covid-19.
"Saya bullish saya percaya digitalisasi ini kita akan semakin transparan dan semakin baik sebagai negara," terangnya.
Erick memproyeksikan Indonesia akan menjadi pemain industri digital terbesar di Asia Tenggara pada 2030.
Baca Juga
Hal ini ditopang dari potensi ekonomi digital Indonesia yang diprediksi mencapai Rp4.500 triliun pada 2030 atau tumbuh delapan kali lipat dari APBN.
"Pertanyaan saya selalu sama, kapan perubahan ini terjadi kalau kita tidak adaptasi sehingga akhirnya kita hanya jadi market. Saat hanya menjadi market, maka tidak ada investasi untuk pembukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh lebih besar di negara lain," ungkap dia.
Erick menyebut sudah terlalu lama sumber daya alam dan market besar Indonesia hanya dijadikan sebagai pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja bagi negara lain.
Untuk itu, lanjut Erick, pemerintah bekerja keras untuk melakukan perubahan dengan menekan pengiriman SDA dalam bentuk bahan baku ke luar negeri, salah satunya dengan memperkuat ekosistem industri baterai listrik.
Erick menilai keberpihakan terhadap SDA berdampak besar bagi masyarakat lewat terciptanya pembukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
"Kita tidak anti asing atau anti investasi luar negeri, tapi keseimbangan pertumbuhan yang merata harus dipastikan, pertumbuhan Indonesia harus lebih tinggi dari negara lain," sambung Erick.
Erick menyampaikan perubahan zaman juga mendorong masyarakat terutama generasi mudah beralih menggunakan sistem pembayaran cashless atau nontunai. Sejak awal, ucap Erick, Kementerian BUMN komitmen memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses sistem pembayaran nontunai lewat program transformasi inovasi model bisnis dan kepemimpinan teknologi.
"Sejak awal kita bangun ekosistem yang mana digital menjadi kunci bagi kita untuk bisa bersaing. Jangan BUMN jadi dinosaurus yang mati dimakan zaman karena besar badan, tapi tidak mau bermetamorfosis," ujar dia.
Selain itu, Erick juga menegaskan BUMN terus melakukan perampingan jumlah. Sebelum dia menjabat jumlah BUMN mencapai 108 perusahaan.
Kemudian, setelah holdingisasi digencarkan, jumlah BUMN berkurang menjadi hanya 41 BUMN. Targetnya, dalam roadmap Kementerian BUMN 2025--2034, jumlah BUMN dapat mengerucut menjadi tersisa 30 BUMN.
"Menteri berikutnya kalau bisa dirampingkan lagi jadi 30 [BUMN]. Kita membuktikan banyak bukan berarti sehat," terangnya.