Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Saham Tolak Angin (SIDO) Turun Terus, Ada Apa Ya?

Saham Sido Muncul (SIDO) terus mengalami koreksi di tengah inflasi bahan baku.
Dewi Fadhilah Soemanagara
Dewi Fadhilah Soemanagara - Bisnis.com 01 Agustus 2022  |  10:17 WIB
Saham Tolak Angin (SIDO) Turun Terus, Ada Apa Ya?
Pekerja memindahkan bahan limbah yang diambil dari jamu di pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, Senin (10/2/2014). Bloomberg - Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Saham produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) masih dalam tren penurunan pada perdagangan hari ini.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham berkode SIDO tersebut mengawali perdagangan pada Senin, (1/8/2022) dengan koreksi sebesar 6,63 persen ke posisi Rp845.

Selama semester I/2022, SIDO telah melemah 10,11 persen dari harga saham sebelumnya senilai Rp940.

Sebelumnya, pada perdagangan akhir pekan pada Jumat (29/7/2022) saham SIDO ambles hingga batas auto rejection bawah (ARB) 7 persen hingga penutupan sesi pertama.

Data BEI menyebutkan, harga saham SIDO akhir pekan lalu anjlok mencapai 6,70 persen ke level Rp905 dengan nilai transaksi Rp95,88 miliar.

Sementara itu, volume perdagangan per akhir Juli 2022 mencapai 104,53 juta, melebihi volume perdagangan dalam sebulan terakhir sebanyak 14,98 juta saham.

Sementara itu, Analis Indo Premier Sekuritas Kevie Aditya dan Andrianto Saputra mengatakan penurunan kinerja Sido Muncul disebabkan harga bahan baku yang meningkat dan volume penjualan yang lebih rendah.

“Ini mencerminkan tren di mana orang mengalihkan pengeluarannya dari produk yang berhubungan dengan kesehatan saat memasuki musim endemi,” ujar mereka dalam riset harian yang dikutip, Senin (1/8/2022).

Risiko inflasi yang meningkat akhirnya menurunkan rekomendasi saham SIDO, dari beli menjadi hold dengan target harga Rp950. 

Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, SIDO mencatatkan penurunan penjualan sebesar 2,53 persen, dari Rp1,65 triliun pada periode sebelumnya menjadi Rp1,61 triliun selama 6 bulan pertama tahun ini.

Penurunan pendapatan terjadi lantaran beban pokok yang meningkat 4,55 persen menjadi Rp757,61 miliar, dari sebelumnya Rp724,71 miliar, sehingga laba bruto SIDO pun tergerus menjadi Rp854,48 miliar di semester I/2022, dari Rp930 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat mengatakan, kenaikan harga bahan baku produk minuman dan pengemasan dipengaruhi nilai tukar rupiah yang sempat melemah pada Juli 2022.

"Untuk mengatasi inflasi yang terjadi kami berusaha menekan biaya, termasuk biaya produksi dengan melakukan beberapa efisiensi," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (10/7/2022).

Pihak Sido Muncul rencananya tengah mengatur strategi untuk mengantisipasi tekanan inflasi terhadap harga bahan baku, salah satunya dengan menyesuaikan harga jual produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

sido muncul Kinerja Saham Inflasi bahan baku
Editor : Hadijah Alaydrus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top