Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilzon Capital: Pertumbuhan Laba Bersih Unilever (UNVR) Bisa Jadi Bumerang

Dalam laporan keuangan, UNVR mencatat pertumbuhan laba bersih 19,02 persen menjadi Rp2,02 triliun pada kuartal I/2022 dari Rp1,69 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
UNVR melaporkan pertumbuhan laba bersih mencapai 19,02 persen secara tahunan menjadi Rp2,02 triliun pada kuartal I/2022 dari Rp1,69 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya./Unilever.co.id
UNVR melaporkan pertumbuhan laba bersih mencapai 19,02 persen secara tahunan menjadi Rp2,02 triliun pada kuartal I/2022 dari Rp1,69 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya./Unilever.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Performa laba inti PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang berada di bawah kenaikan yang diumumkan dinilai tidak sustainable dan bisa menjadi bumerang bagi perseroan.

Dalam laporan keuangan, UNVR melaporkan pertumbuhan laba bersih mencapai 19,02 persen secara tahunan menjadi Rp2,02 triliun pada kuartal I/2022 dari Rp1,69 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Namun materi paparan publik yang dipublikasikan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan bahwa pertumbuhan tersebut belum menyertakan penyesuaian biaya Central Service Fee.

“Dari materi paparan publik yang dipublikasikan oleh Manajemen, pada halaman 15 disampaikan bahwa pertumbuhan laba bersih pada kuartal I/2022 hanya sebesar 4,8 persen jika mengikutsertakan penyesuaian biaya Central Service Fee,” kata Principal Advisor Nilzon Capital John Octavianus, Selasa (14/6/2022).

John mengatakan angka pertumbuhan yang berada di bawah angka terlapor tersebut sesuai dengan perkiraan Nilzon Capital yang sebelumnya mengkaji bahwa pertumbuhan laba Unilever tidak murni disebabkan perbaikan operasional.

“Hal tersebut sesuai dengan perkiraan kami bahwa pertumbuhan core profit dari UNVR justru jauh di bawah dari apa yang dilaporkan di laporan keuangan yang tercatat sebesar 19 persen. Pertumbuhan laba yang dilaporkan UNVR di kuartal I/2022 tidak sustainable dan akan menjadi bumerang jika manajemen tidak bisa menjaga ekspektasi investor,” paparnya.

Nilzon Capital dalam risetnya pada Mei 2022 memperkirakan laba per saham UNVR bisa lebih rendah karena karena penundaan pengakuan beban dan margin laba kotor yang tergerus secara signifikan. Performa UNVR juga cenderung tertinggal dibandingkan dengan sister companies di Grup Unilever di negara lain.

Presiden dan Principal Advisor Nilzon Capital Frizon Akbar Putra mengemukakan pihaknya mendapati bahwa beban biaya jasa dan enterprise solution service (ETS) hilang dari laporan keuangan kuartal I/2022 UNVR. Biaya ini sejatinya dilaporkan secara konsisten oleh Unilever dan dibayarkan ke pihak afiliasi Unilever Europe Business Center B.V.

“Kami menemukan hal yang sangat menarik dari laporan keuangan UNVR pada kuartal I/2022 yang baru saja terbit. Kenaikan laba sebesar 19,03 persen YoY ternyata hampir seluruhnya bukan disebabkan oleh kesuksesan operasional, melainkan karena hilangnya beban biaya jasa dan ETS secara mendadak dari laporan keuangan,” kata Frizon melalui siaran pers, Senin (9/5/2022).

Di dalam risetnya, Nilzon Capital menyebut kenaikan laba UNVR sebesar Rp323 miliar ternyata hampir seluruhnya dikontribusikan oleh “hilangnya” beban biaya jasa dan ETS kepada pihak terafiliasi sebesar Rp337 miliar. Hal itu berkebalikan dengan klaim manajemen yang menyebut UNVR berhasil “membalikkan kinerja” pada tiga bulan pertama tahun ini.

“Ini bukan pertama kalinya biaya jasa dan ETS tiba-tiba menghilang dari laporan keuangan kuartalan, dan sejarah menunjukkan bahwa biaya jasa dan ETS kemungkinan akan ditunda ke kuartal berikutnya, bukan dihilangkan,” tulis riset Nilzon Capital.

Frizon menyebutkan hal serupa pernah terjadi pada kuartal I/2012 ketika UNVR hampir tidak mencatatkan biaya jasa sama sekali, meski belum sampai pada posisi negatif seperti pada Kuartal I/2022. Dalam laporan keuangan Kuartal I/2022, biaya jasa dan ETS berada pada posisi negatif Rp6,35 miliar, sementara pada kuartal I/2021 nilainya mencapai Rp330,64 miliar.

“Apa yang terjadi selanjutnya pada sisa tahun 2012? Biaya tersebut ternyata membengkak pada kuartal berikutnya,” lanjutnya.

Jika dirata-rata, dia menambahkan biaya jasa yang hilang hanya ditunda pencatatannya, bukan karena manajemen berhasil menawar kepada induk usaha untuk menghentikan pembayaran biaya yang cukup menggerus laba tersebut.

Jika merujuk pada kejadian tahun 2012 tersebut, investor mungkin patut menduga bahwa ‘biaya jasa dan ETS’ pada kuartal I/2022 akan diakumulasikan dan dibebankan kembali oleh UNVR di kuartal selanjutnya atau mungkin di kuartal lain yang lebih lama.

“Investor sebaiknya memperhatikan dengan saksama klarifikasi atau keterbukaan informasi yang mungkin akan disampaikan oleh manajemen UNVR terkait alasan di balik nilai beban biaya jasa dan ETS yang tidak biasa di kuartal I/2022, terutama apakah karena adanya penundaan pengakuan beban atau ada alasan lain,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper