Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Mei 2022 0,4 Persen, Rupiah Ditutup Perkasa Rp14.480 Hari Ini

Bersama dengan rupiah, yuan China menguat 0,16 persen, dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, dan yen Jepang menguat 0,15 persen di hadapan dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada perdagangan Kamis (2/6/2022) di hadapan dolar AS beriringan dengan indeks dolar AS yang sempat menguat sebelum balik arah ke zona merah.

Mengutip data Bloomberg pada Kamis (2/6/2022) rupiah menguat 0,37 persen atau 54 poin ke Rp14.480 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 15.30 WIB melemah 0,27 persen ke 102,21.

Bersama dengan rupiah, yuan China menguat 0,16 persen, dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, dan yen Jepang menguat 0,15 persen. 

Direktur TRFX Garud Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS sempat naik pada Kamis, mencapai level tertinggi tiga minggu terhadap mata uang lainnya, didukung oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS, yang mencapai puncak dua minggu.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS benchmark 10 tahun mencapai tertinggi dua minggu 2,951 persen pada Rabu (1/6/2022), dengan data menunjukkan aktivitas manufaktur AS meningkat pada Mei 2022 karena permintaan barang tetap kuat. Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) di 57 dan IMP manufaktur ISM adalah 56,1.

Lowongan pekerjaan AS juga tetap pada level tinggi, dengan indeks lapangan kerja manufaktur Institute of Supply Management (ISM) di 49,6 dan indeks pembukaan pekerjaan JOLT di 11,4 juta.

“Imbal hasil telah dalam tren naik karena Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga dengan cepat dalam upaya untuk mengekang inflasi dan menghindari resesi ekonomi. Imbal hasil 10 tahun adalah sentuhan yang lebih lembut di awal Asia pada 2,914 persen,” jelasnya dalam riset harian, Kamis (2/6/2022).

Investor juga menunggu laporan pekerjaan AS esok hari, termasuk non-farm payrolls. Bank Sentral Eropa akan mengadakan pertemuan kebijakan pada minggu berikutnya, yang diharapkan untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang rencananya untuk kenaikan suku bunga.

Dari sisi internal, Pemerintah optimistis perekonomian nasional masih akan terus tumbuh dengan kuat dan semakin inklusif di masa depan. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah memandang prospek pemulihan ekonomi nasional terus menguat. Berkaca pada efek dari periode commodity boom pada 2011 dan 2012, investasi akan menjadi pendorong pertumbuhan. Terutama dalam memanfaatkan harga komoditas yang tinggi serta akselerasi transformasi ekonomi.

Sementara dari sisi investasi publik, keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional serta pengembangan IKN Nusantara akan mendorong pertumbuhan investasi sekaligus menstimulasi aktivitas investasi sektor swasta di masa depan.

“Membaiknya intermediasi sektor keuangan yang ditandai oleh peningkatan pertumbuhan kredit perbankan, juga akan turut mendukung aktivitas investasi,” ujar Ibrahim.

Di sisi lain, dorongan dari konsumsi masyarakat juga akan semakin kuat, seiring dengan perbaikan tingkat kesejahteraan. Pola konsumsi juga akan mulai normal.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 oleh IMF terkoreksi ke level 3,6 persen akibat konflik geopolitik yang diprediksi akan membawa dampak berkepanjangan pada aktivitas perdagangan dunia.

Selain itu, implementasi pengetatan kebijakan moneter, khususnya The Fed, yang lebih cepat juga akan mengakibatkan gejolak pasar keuangan global. Sehingga pada akhirnya mendorong peningkatan cost of fund di semua sektor. Rentang asumsi pertumbuhan yang cukup lebar mencerminkan faktor ketidakpastian yang tinggi dari dinamika perekonomian global.

Untuk perdagangan besok, Jumat (3/6/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun akan ditutup menguat di rentang Rp14.460 - Rp14.520.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper