Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerugian Gojek dan Tokopedia Berhasil Ditekan Lewat GOTO?

Berdasarkan data GOTo, pada kuartal I/2022 pendapatan bruto perseroan naik 53 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp5,2 triliun. Sementara pada periode yang sama, pendapatan bersih mencapai Rp1,5 triliun, naik 7,14 persen dari sebelumnya Rp1,4 triliun.
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury. /Istimewa
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Gojek dan Tokopedia melakukan kombinasi bisnis dengan membentuk PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dinilai efektif dalam memperkuat fundamental bisnis dan kinerja perseroan.

Melalui integrasi optimal dari tiga pilar bisnis on demand, e-commerce, dan fintech, perseroan berhasil mencatat lonjakan pendapatan serta mengurangi kerugian pada awal 2022.

CEO Grup GoTo, Andre Soelistyo memaparkan sepanjang tahun lalu, perseroan secara konsisten menjalankan rencana bisnis dengan baik. Berkat hal itu, perusahaan juga mampu menghasilkan pertumbuhan di setiap lini bisnis dan peningkatan margin secara keseluruhan.

Andre berpendapat bahwa pembentukan GoTo, dari kombinasi Gojek dan Tokopedia, menempatkan perseroan dalam posisi yang lebih baik lagi untuk melayani konsumen.

"Seiring dengan komitmen semakin memperdalam integrasi bisnis, kami mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghadirkan peluang bisnis dengan pendekatan multiplatform serta berinvestasi bagi pertumbuhan dan profitabilitas GoTo,”ujarnya Andre dalam keterangan resmi, Senin (30/5/2022).

Berdasarkan data GOTo, pada kuartal I/2022 pendapatan bruto perseroan naik 53 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp5,2 triliun. Sementara pada periode yang sama, pendapatan bersih mencapai Rp1,5 triliun, naik 7,14 persen dari sebelumnya Rp1,4 triliun.

Melonjaknya pendapatan sejalan dengan keberhasilan perseroan meningkatkan take rate dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen, yang didorong oleh monetisasi pada segmen e-commerce dan on-demand yang lebih baik. Sebagai catatan, take rate adalah biaya yang dikenakan atas transaksi yang dilakukan di platform dan hal ini menjadi salah satu sumber pemasukan bagi perusahaan berbasis teknologi.

Jika dibandingkan dengan angka take rate perusahaan sejenis, seperti Alibaba untuk bisnis e-commerce, Uber dan Grab untuk bisnis on demand, GoTo masih memiliki ruang yang cukup besar untuk meningkatkan kembali take rate ke depannya, sehingga hal ini dapat berdampak positif pada kenaikan pendapatan bruto dan menguatkan jalur menuju profitabilitas.

Dampak positif kombinasi bisnis lainnya adalah monetisasi perusahaan yang lebih baik dan efisiensi bisnis yang semakin terlihat pada kuartal I/2022. Indikasinya, kerugian perusahaan terus menurun yang tercermin dari rugi EBITDA turun 14 poin menjadi Rp5,4 triliun dibandingkan Rp6,2 triliun di kuartal I/2021. Hal ini didorong fokus perseroan mendorong monetisasi dan melakukan efisiensi pada biaya pemasaran dan insentif serta biaya operasional.

Adapun tren penguatan bisnis GoTo  sudah terlihat sejak tahun lalu. Di tengah pemulihan ekonomi yang positif, pada tahun 2021 pendapatan bruto GoTo tumbuh 45 persen secara tahunan mencapai Rp17,1 triliun dari Rp11,85 triliun. Sehingga pendapatan bersih perseroan naik 9 persen menjadi Rp5,30 triliun dari Rp4,82 triliun.

Pada 2021, Gross Transaction Value (GTV) perusahaan menembus Rp461,60 triliun, naik 40 persen dibandingkan dengan Rp 330,18 triliun di 2020. Dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp50,31 triliun, naik 25,21 persen dari Rp40,18 triliun.

Segmen e-commerce menyumbang transaksi senilai Rp230,59 triliun, tumbuh 45,82 persen dari Rp 158,13 triliun. Sementara pilar fintech menyumbang transaksi GTV sebanyak Rp214,91 triliun, melesat 80 persen dari sebelumnya Rp119,52 triliun.

Kenaikan GTV di ekosistem GoTo terus terjadi pada tahun ini. Hingga kuartal I/2022 angka GTV GoTo mencapai Rp139,54 triliun, tumbuh 45,04 persen daripada Rp96,21 triliun di kuartal I-2021.

GTV adalah metrik operasional yang mencakup jumlah nilai transaksi dari on-demand services; jumlah nilai produk dan jasa yang tercatat di platform marketplace e-commerce, dan nilai pembayaran yang diproses via platform fintech, tapi tidak termasuk nilai transaksi antar entitas di perusahaan yang dieliminasi saat konsolidasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper