Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Loyo Lagi Tertekan Naiknya Sentimen Risiko

Indeks dolar AS yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama turun 0,7 persen pada 103,41.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir di hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Selasa (17/5/2022), karena meningkatnya sentimen risiko yang mengurangi daya tarik greenback.

Prospek pendapatan yang optimis dari Home Depot dan United Airlines bersama dengan optimisme seputar pelonggaran tindakan keras China terhadap teknologi dan Covid-19, juga membantu mengangkat sentimen risiko.

Indeks dolar AS yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama turun 0,7 persen pada 103,41, level terendah sejak 6 Mei. Indeks mencapai level tertinggi dalam dua dekade pekan lalu, didukung oleh Federal Reserve yang hawkish dan kekhawatiran atas dampak ekonomi global dari konflik Rusia-Ukraina.

Kepala valas global Jefferies Brad Bechtel mengatakan suasana di pasar telah meningkat secara dramatis dibandingkan pekan lalu dengan sebagian besar kelas aset rebound dan menelusuri kembali pergerakan yang terlihat pekan lalu.

"Hasilnya adalah reli ekuitas dan aksi jual pendapatan tetap dengan hampir semua mata uang di dunia reli terhadap dolar AS," kata Bechtel, dilansir Antara, Rabu (18/5/2022).

Dolar tetap lemah setelah data menunjukkan penjualan ritel AS meningkat kuat pada April karena konsumen membeli kendaraan bermotor di tengah peningkatan pasokan dan restoran yang sering dikunjungi, tidak menunjukkan tanda-tanda permintaan mereda meskipun inflasi tinggi.

Indeks dolar memangkas pelemahan setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada acara Wall Street Journal pada Selasa (17/5/2022), bahwa The Fed akan "terus mendorong" untuk memperketat kebijakan moneter AS sampai inflasi jelas menurun.

Euro naik 1,0 persen pada 1,0535 dolar, memperpanjang rebound dari level terendah lima tahun yang disentuh minggu lalu, dan menempatkan lebih banyak jarak antara mata uang bersama dengan dolar AS.

Mata uang, yang diuntungkan dari pembuat kebijakan ECB Francois Villeroy de Galhau yang mengatakan pada Senin (16/5/2022) bahwa euro yang lemah dapat mengancam stabilitas harga di blok mata uang, naik setelah komentar hawkish dari kepala bank sentral Belanda Klaas Knot.

Knot mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa tidak hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juli, tetapi juga siap untuk mempertimbangkan kenaikan yang lebih besar jika inflasi terbukti lebih tinggi dari yang diharapkan.

"Kami pikir aksi jual euro mulai terlihat meluas," kata Shaun Osborne, kepala strategi mata uang di Scotia Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper