Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gandum Melonjak Sentuh Rekor, Saham Emiten Konsumer Masih Menarik?

Emiten barang konsumer seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) menjadi segelintir emiten yang terimbas perkembangan bahan baku utama mi instan, roti, dan biskuit ini.
Ladang gandum/
Ladang gandum/

Bisnis.com, JAKARTA — Harga gandum global melonjak seiring dengan pembatasan ekspor yang diberlakukan India. Kebijakan tersebut makin memperketat pasokan komoditas tersebut di tengah konflik geopolitik yang berlanjut antara Rusia dan Ukraina, negara-negara eksportir gandum utama.

Harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade pada Senin (16/5/2022) naik 5,9 persen menjadi US$12,47 per gantang yang menjadi harga tertinggi dalam 2 bulan terakhir. Sepanjang 2022, harga gandum telah naik 60 persen.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengatakan harga gandum yang meningkat akan berdampak negatif pada sejumlah emiten konsumer. Emiten barang konsumer seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) menjadi segelintir emiten yang terimbas perkembangan bahan baku utama mi instan, roti, dan biskuit ini.

Dia mengestimasi kontribusi gandum impor terhadap komponen biaya produksi MYOR mencapai 16 persen, sementara pada ICBP sebesar 15 persen. 

“Berdasarkan analisis sensitivitas yang kami lakukan, harga gandum yang naik akan berdampak pada pendapatan MYOR, begitu pula pada produk ICBP dan dari Bogasari,” tulis Natalia dalam risetnya, Selasa (17/5/2022).

Manajemen Indofood, lanjut Natalia, sebelumnya menyebutkan bahwa pasokan gandum untuk bahan baku mayoritas berasal dari Australia dan dari negara lain seperti India dan negara-negara Amerika Selatan.

Demi mengantisipasi fluktuasi harga, perusahaan telah memastikan ketersediaan stok untuk 3 sampai 4 bulan. Selain itu, Indofood juga telah melakukan menaikkan harga mi instan sebesar Rp100 per kemasan pada April sehingga harga rata-rata jual telah naik 6 persen sampai 8 persen sepanjang 2022.

“Kami meyakini konsumsi domestik selama Ramadan kuat dan berlanjut setelahnya, ini merefleksikan pemulihan ekonomi yang solid. Kami harap ini akan mendorong daya beli di tengah tantangan inflasi yang lebih tinggi,” lanjutnya.

Berdasarkan situasi di atas, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan saham emiten konsumer alternatif seperti Unilever Indonesia (UNVR) dengan target Harga Rp5.500 per saham. Saham Unilever saat ini masih diperdagangkan di bawah -1SD (standard deviation) rata-rata price to earning selama 4 tahun terakhir dikali 32.

Saham Sido Muncul (SIDO) juga direkomendasikan buy dengan target Harga Rp1.100 per saham. Kinerja Sido Muncul diyakini terdampak minim kenaikan Harga komoditas global karena memiliki eksposur rendah terhadap bahan baku impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper