Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali tumbang pada awal sesi Senin (16/5/2022).
Dilansir dari Bloomberg Senin (16/5/2022), bursa saham AS berguguran lantaran investor mengkaji sinyal terbaru krisis malaise dari Negeri Paman Sam dan China. S&P 500 dan Nasdaq 100 berada di posisi lebih rendah pada awal sesi pekan ini.
Data Senin (16/5/2022) menunjukkan aktivitas manufaktur negara bagian New York secara tak terduga terkontraksi pada Mei 2022 untuk kedua kalinya dalam tiga bulan. Hal ini memicu kekhawatiran perlambatan aktivitas ekonomi yang dapat memperumit jalur kebijakan Federal Reserve.
Di sisi lain, kecemasan bertambah seiring dengan persiapan New York City menghadapi penularan Covid-19 yang tinggi dalam beberapa ke depan. Kondisi itu membuat wilayah tersebut akan kembali menerapkan kebijakan wajib masker di tempat-tempat umum.
Adapun, sekitar 8 persen orang yang dites Covid-19 selama tujuh hari terakhir positif. Sementara itu, output industri dan belanja konsumen China mencapai level terburuk sejak pandemi dimulai imbas oleh lockdown Covid-19.
“Masih banyak kekhawatiran. Kami mendapat beberapa data mengecewakan dari China hari ini,” ujar Kepala Investasi di Flowbank Esty Dwek dilansir dari Bloomberg, Senin (16/5/2022).
Baca Juga
Risiko penurunan ekonomi di tengah tekanan harga dan kenaikan biaya pinjaman menjadi kekhawatiran utama para pelaku pasar. Senior Chairman Goldman Sachs Group Inc. Lloyd Blankfein mendesak perusahaan dan konsumen untuk bersiap menghadapi resesi AS dengan menyebut kondisi itu sebagai risiko yang sangat-sangat tinggi.
Kepala Investasi CIBC Private Wealth Management David Donabedian mengatakan banyak investor yang mundur dari pasar. Hal itu sejalan dengan perkiraan kita [Amerika Serikat] akan mengalami resesi.