Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Rebound, Mata Uang Asia Berguguran

Kenaikan dolar AS pada Jumat (6/5/2022) didorong oleh yield Treasury AS yang menguat serta aksi jual di pasar saham
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar AS kembali rebound setelah jatuh akibat Bank Sentral AS (Federal Reserve) mengerek suku bunga dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan ini. Penguatan dolar AS pun menekan nilai tukar mata uang di Asia.

Kenaikan dolar AS pada Jumat (6/5/2022) ditengarai oleh yield Treasury AS yang menguat serta aksi jual di pasar saham. Kedua faktor tersebut pun mengangkat nilai dolar AS sebagai aset safe haven. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (6/5/2022) pukul 11.53 WIB, indeks dolar AS turun tipis 0,09 persen menjadi 103.660. Namun, posisi indeks dolar AS masih berada di level tertingginya karena pelaku pasar mencermati langkah The Fed mengantisipasi inflasi.

Penguatan greenback pun membuat mata uang negara-negara Asia berguguran. Terpantau siang ini yen Jepang melemah 0,26 persen, yuan China turun 0,28 persen, ringgit Malaysia turun 0,59 persen, dan won Korea Selatan anjlok 1,29 persen.

Head of Economics and Strategy Mizuho Bank Ltd. Vishnu Varathan mengatakan dolar AS diincar oleh pelaku pasar yang fokus pada keamanan investasi.

“Dolar AS adalah satu-satunya aset yang paling aman saat ini,” kata Varathan, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (6/5/2022).

Di tengah-tengah suku bunga yang kemballi tinggi dan ketidakpastian geopolitik telah menambah daya dolar AS. Sejak awal tahun, indeks dolar AS yang diukur oleh Bloomberg telah meningkat lebih dari 6 persen.

Kekuatan greenback itu paling memukul yen Jepang dengan pelemahan 12 persen sejak awal tahun. Adapun, saat ini Bank Sentral Jepang (BOJ) tetap pada nada dovish kendati bank sentral utama dunia sudah hawkish untuk kebijakan moneternya.

Tak hanya mata uang, yield obligasi di negara berkembang juga terpukul akibat kenaikan yield obligasi AS atau US Treasury yang menanjak 3 persen pekan ini.

Sementara itu, pasar keuangan di Indonesia masih tutup libur lebaran.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah saat ini masih menunjukkan indikasi menguat.

“Kalau pasar dibuka, ini cukup bagus sekali karena rupiah terus mengalami penguatan ke Rp14.412 atau menguat 44 poin karena bersamaan dengan mudik lebaran, banyak orang menggunakan uang dengan antusias,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (5/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper