Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham di Asia Pasifik ikut melemah pada awal perdagangan hari ini. Kontraksi itu menyusul penurunan indeks saham di bursa Wall Street.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (6/5/2022) pukul 09.28 WIB, indeks Shanghai Composite di China turun 1,47 persen, indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,46 persen, dan indeks Kospi di Korea Selatan turun 1,43 persen.
Adapun, dolar AS yang menguat akibat prospek inflasi di Amerika Serikat dan lockdown di China menjadi faktor yang memadamkan minat pelaku pasar atas aset di Asia.
Chief Global Market Strategist Invesco Kristina Hooper mengatakan saat ini faktor valuasi merupakan yang paling sensitif karena suku bunga baru dinaikkan.
“Kondisi semakin sulit karena kita masuk ke periode pengetatan kebijakan moneter di AS,” katanya, seperti dikutip Bloomberg pada Jumat (6/5/2022).
Adapun, Bank Sentral AS (Federal Reserve) baru saja menaikkan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 bps atau kenaikan tertinggi sejak 2000. Walaupun sesuai dengan ekspektasi pasar, sentimen kenaikan suku bunga tetap menekan likuiditas di pasar. Aset spekulatif seperti Bitcoin pun saat ini menjadi yang paling terpukul akibatnya.
Sementara itu, Bank Sentral Inggris (BoE) juga menaikkan suku bunga pinjaman dalam kenaikan tertinggi sejak 2009 sembari mengingatkan ancaman inflasi dobel digit. Hal itu bisa memperpanjang masa stagnasi bahkan dapat memicu resesi.
Langkah itu diambil BoE setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pengendalian inflasi akan sulit saat ini. Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB) Fabio Panetta mengamini bahwa ekspansi ekonomi terlihat mustahil di Zona Euro.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas juga memperburuk suasana karena beban akan meningkat. Tak hanya itu, lockdown di China untuk menangani kasus Covid-19 juga menimbulkan biaya dari sisi ekonomi yang akan berdampak pada ekonomi global.