Bisnis.com, JAKARTA — Langkah agresif bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan diperkirakan akan berdampak negatif ke pasar saham Indonesia. Secara teknikal, IHSG juga memperlihatkan tren pelemahan
Analis Panin Sekuritas sekaligus pendiri WH Project William Hartanto mengatakan secara teknikal IHSG berpotensi tertekan karena belum mampu kembali ke level 7.300. IHSG terakhir kali menyentuh level 7.300 pada 11 April dan 12 April 2022, bersamaan dengan momen melantainya GOTO di Bursa Efek Indonesia.
“Sejak 12 April 2022 IHSG tidak kembali ke 7.300. Ini cukup menggambarkan bahwa IHSG resistance di 7.300 dan MCAD histogram juga makin turun memperlihatkan situasi yang sama pada Maret 2022,” kata William dalam video yang dia unggah di akun Youtube-nya, dikutip Jumat (6/5/2022).
Dalam situasi IHSG bergerak ke bawah level 7.200, William mengatakan investor bisa mengadopsi strategi buy on weakness pada saham-saham berkapitalisasi besar penggerak indeks, seperti BBCA, ASII, TLKM, dan BBNI.
Data Bursa Efek Indonesia memperlihatkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi saham teratas yang menopang kenaikan IHSG sepanjang 2022. BBRI telah naik 18,5 persen secara ytd. Penguatan ini berkontribusi terhadap kenaikan IHSG sebesar 99,3 poin.
Posisi kedua ditempati oleh BMRI yang menguat 27,4 persen secara ytd, dengan kontribusi ke IHSG sebesar 84,5 poin. Selanjutnya, BBCA menyusul dengan kenaikan harga saham sebesar 11,3 persen ytd dan kontribusi sebanyak 84 poin.
Baca Juga
Pada urutan keempat, ASII tercatat naik 32,9 persen sepanjang tahun berjalan dan menyumbang 81,7 poin terhadap penguatan IHSG. Menyusul di belakangnya adalah ADMR yang menyumbang 69,2 poin setelah sahamnya melejit 2.600 persen.
TLKM menempati urutan keenam dengan kontribusi 55,2 poin setelah menguat 14,4 persen secara ytd. Selanjutnya, BBNI dan MDKA masing-masing berkontribusi terhadap kenaikan IHSG sebanyak 43,1 poin dan 42,7 poin.