Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rating S&P Belum Kerek Rupiah, Melemah ke Rp14.494

Mata uang rupiah ditutup turun 81 poin atau 0,56 persen ke level Rp14.493,5 per dolar AS di tengah penguatan dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (28/4/2022) meskipun ada sentimen positif dari S&P soal outlook ekonomi Indonesia.

Mata uang rupiah ditutup turun 81 poin atau 0,56 persen ke level Rp14.493,5 per dolar AS, mengikuti tren pelemahan mata uang Asia.

Yen Jepang yang melemah 1,72 persen, won Korea Selatan yang melemah 0,53 persen, yuan China yang turun 0,75 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,14 persen.

Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat menguat 0,281 poin atau 0,27 persen ke level 103,23.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar melonjak ke level tertinggi selama dua dekade pada mata uang lainnya pada hari Kamis (28/4/2022), setelah Bank of Japan (BOJ) menggandakan kebijakan imbal hasil super rendah dengan menawarkan untuk membeli obligasi dalam jumlah tak terbatas setiap sesi sesuai kebutuhan.

Ada beberapa spekulasi pasar bahwa BOJ mungkin akan mundur sedikit karena inflasi meningkat dan bank sentral utama lainnya melakukan pengetatan. Keputusan uber-dovish membedakannya dari Federal Reserve, di mana pasar dihargai untuk kenaikan 150 basis poin (bps) hanya dalam tiga pertemuan, dan memicu aliran dana baru ke dalam dolar di depan segalanya.

Sementara itu, BoJ mempertahankan imbal hasil mendekati nol. Pasar bertaruh The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Mei, Juni dan Juli, dan pada akhirnya mencapai 3,0 persen pada akhir tahun

Sementara dari dalam negeri, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) meningkatkan outlook Indonesia menjadi stabil dari sebelumnya negatif, dan mempertahankan peringkat Republik Indonesia pada BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022. S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB/outlook negatif pada 22 April 2021.

Dalam laporannya, S&P menyatakan bahwa revisi ke atas outlook Indonesia menjadi stabil didasarkan pada perbaikan posisi eksternal ekonomi Indonesia, konsolidasi kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah secara gradual, dan keyakinan S&P terhadap pemulihan ekonomi Indonesia yang akan terus berlanjut sampai dengan dua tahun ke depan.

Peringkat Indonesia dipertahankan pada level BBB didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang solid dan rekam jejak kebijakan yang berhati-hati.

Untuk perdagangan pada 10 Mei, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.480-Rp14.530 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper