Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis: DMO Batu Bara 30 Persen Tak Akan Jadi Masalah bagi Emiten

Secara historis emiten batubara tidak memiliki kesulitan untuk memenuhi DMO 25 persen dengan kapasitas produksinya yang cukup besar.
Tumpukan batu bara di dekat Train Loading Station (TLS) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan. PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 37 juta ton pada tahun 2022 mendatang./Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho
Tumpukan batu bara di dekat Train Loading Station (TLS) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan. PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 37 juta ton pada tahun 2022 mendatang./Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA — Analis saham menilai rencana domestic market obligation atau DMO batu bara dinaikkan menjadi 30 persen, dari 25 persen tidak akan menjadi masalah bagi pelaku industri batu bara.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan jika dilihat secara historis emiten batubara tidak memiliki kesulitan untuk memenuhi DMO 25 persen dengan kapasitas produksinya yang cukup besar.

"Selain itu, skema transfer kuota juga dapat menjadi pilihan para produsen untuk memenuhi DMO, sehingga kami menilai kenaikan dapat di antisipasi oleh produsen terutama di tengah uptrend harga batubara global yang sedang terjadi," ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (5/4/2022).

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM Lana Saria juga menegaskan bahwa produksi batu bara dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun ini seluruhnya sekira 1 miliar ton.

“Jika DMO dinaikkan menjadi 30 persen, maka volumenya sebesar 250 juta ton. Sedangkan kebutuhan batu bara dalam negeri hanya berkisar 180 juta hingga 190 juta,” ungkapnya.

Lana mengatakan jika setiap perusahaan batu bara memenuhi 25 persen DMO, kebutuhan nasional seharusnya tercukupi.

"Sehingga saat ini dengan 25 persen masih cukup apabila semuanya melaksanakan kewajibannya terutama yang memenuhi spesifikasi, apakah untuk kebutuhan PLN maupun non PLN," ujar Lana.

Adapun, realisasi DMO batu bara secara nasional sepanjang tahun lalu mencapai 133 juta ton atau 97 persen dari target 137,5 juta ton. Dari total produksi batu bara nasional sepanjang 2021 sebesar 640 juta ton, 89 persen atau 435 juta ton diantaranya diserap pasar ekspor dengan nilai US$31,6 miliar.

Terkait harga batu bara yang masih di atas US$280 per ton, Dessy melanjutkan, tensi geopolitik diperkirakan akan mereda pada 2022 ini dan dapat membawa pasokan batu bara kembali stabil.

"Meski demikian, secara keseluruhan, industri batu bara masih akan mengalami supply crunch sehingga harga global kami proyeksikan masih dalam level uptrend sepanjang tahun ini," jelasnya.

Untuk saham batu bara pilihan, Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan saham PTBA dengan target harga di 4.000 dan saham ADRO dengan target harga di 3.200.


Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper