Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi Barat untuk Rusia Makin Banyak, Wall Street Dibuka Rebound

Indeks S&P500 dibuka naik 2 persen pada Rabu (9/3/2022) setelah sempat menyentuh level terendah dalam sembilan bulan terakhir pada hari sebelumnya. Selanjutnya indeks Nasdaq 100 menguat 2,6 persen.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham di Wall Street dibuka rebound pada awal perdagangan Rabu (9/3/2022), setelah kena aksi jual (sell off) di tengah-tengah Perang Rusia Ukraina.

Kenaikan harga saham di Bursa Wall Street pun mencerminkan bahwa sanksi Barat terhadap Rusia mampu menjadi sentimen positif. Sementara itu, yield Treasury AS dan dolar AS terpantau melemah.

Indeks S&P500 dibuka naik 2 persen pada Rabu (9/3/2022) setelah sempat menyentuh level terendah dalam sembilan bulan terakhir pada hari sebelumnya. Selanjutnya indeks Nasdaq 100 menguat 2,6 persen.

Di sisi lain, harga minyak mentah tumbang setelah Presiden AS Joe Biden melarang impor minyak dari Rusia. Selanjutnya, dolar AS melemah yang mengindikasikan permintaan atas aset safe haven itu mulai berkurang.

Adapun, volatilitas di pasar keuangan global masih didorong oleh kejutan inflasi dan kenaikan harga komoditas. Kenaikan harga komoditas sendiri disebabkan oleh isolasi dunia atas energi asal Rusia yang dikhawatirkan dapat mengganggu sisi pasokan.

“Selera risiko pasar meninggi hari ini, yang berarti pelaku pasar sudah mulai memikirkan tentang value,” kata Chief Economist FHN Financial Chris Low, seperti dikutip Bloomberg pada Rabu (9/3/2022).

Kendati volatilitas mulai berkurang, bukan berarti guncangan itu sudah berakhir. Low melanjutkan bahwa konsekuensi ekonomi baik makro maupun mikro masih belum pasti akibat Perang Rusia Ukraina.

Saat ini, negara-negara Barat masih berdiskusi mengenai sanksi yang akan diberikan untuk Rusia dari sisi energi. Sementara itu, perang hingga kini juga masih belum terlihat akan usai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper