Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berpeluang bergerak turun pada perdagangan Senin (21/2/2022) meskipun masih berada di zona hijau lantaran adanya prospek pertemuan presiden AS - Rusia terkait ketegangan militer di perbatasan Rusia - Ukraina.
Presiden Perancis menyatakan telah menjembatani kemungkinan pembahasan antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden AS, Joe Biden, dengan catatan bahwa Biden hanya akan bertemu dengan Putin bila tidak terjadi serangan militer dari Rusia ke Ukraina.
Di lain pihak, pembahasan nuklir Iran yang akan berlangsung dalam waktu beberapa pekan ke depan memicu harapan meningkatnya produksi minyak mentah global.
“Zona Eropa masih memberikan peluang terjadinya kelangkaan minyak mentah dengan memberikan ancaman akan memutus jalus perdagangan finansial dan ekspor utama Rusia bila Rusia menyerang Ukraina, sehingga dapat memicu kenaikan harga minyak mentah secara signifikan walaupun kesepakatan nuklir Iran disetujui,” tulis Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) pada riset harian Senin (21/2/2022).
Saat ini, fokus pasar masih pada sentimen ketegangan Rusia - Ukraina, di tengah penutupan perdagangan minyak mentah yang lebih awal untuk perayaan President Day di AS.
Baca Juga
Mengutip data Bloomberg, Senin (21/2/2022), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) masih naik 0,57 poin atau 0,63 persen ke US$91,64 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent naik 0,60 poin atau 0,64 persen ke US$94,14 per barel.
“Hal ini lantaran adanya aksi beli di harga rendah yang membawa harga minyak merangkak naik,” tambah Tim Riset MIFX.
MIFX memperkirakan harga minyak berpeluang dijual menguji level support US$91,75 dengan level resistance selanjutnya di US$92,65 per barel.