Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adhi Karya (ADHI) Berencana Rights Issue, Berapa Target Dananya?

PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menargetkan pelaksanaan rights issue perseroan dapat dilaksanakan pada kuartal II/2022 sebagai tindak lanjut suntikan modal dari pemerintah.
Pekerja beraktivitas di proyek yang dikerjakan PT Adhi Karya./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja beraktivitas di proyek yang dikerjakan PT Adhi Karya./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN Karya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menargetkan pelaksanaan rights issue perseroan dapat dilaksanakan pada kuartal II/2022 sebagai tindak lanjut suntikan modal dari pemerintah.

ADHI bakal memanfaatkan dana rights issue untuk memaksimalkan sumber kas internal menyelesaikan proyek-proyek besar tahun ini. Misalnya Tol Banda Aceh – Sigli dan LRT Jabodetabek, serta untuk melunasi utang obligasi yang jatuh tempo tahun ini dengan total mencapai Rp3,75 triliun.

Corporate Secretary Adhi Karya Farid Budiyanto menerangkan penerbitan rights issue yang dilakukan perseroan seiring dengan persetujuan tambahan penyertaan modal negara (PMN) kepada ADHI pada tahun anggaran 2022.

"Hal ini akan ditindaklanjuti dengan proses rights issue mengingat komposisi kepemilikan saham pemerintah publik di ADHI sebesar 51 persen dibandingkan dengan 49 persen," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (20/2/2022).

Adapun, mengenai proses rights issue, saat ini masih dalam pembahasan antar kementerian atau di tataran pemegang saham pengendali. Manajemen ADHI mengharapkan dapat mewujudkan rights issue ini pada kuartal II/2022.

ADHI bakal mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp1,97 triliun untuk Investasi pada jalan tol Solo-Yogya-Kulonprogo, Yogyakarta-Bawen dan SPAM Regional Karian Serpong.

Jika mempertahankan kepemilikan pemerintah sebesar 51 persen, ADHI dapat memaksimalkan pelaksanaan rights issue dengan meraup dana sebanyak-banyaknya Rp3,86 triliun termasuk dana dari PMN. Adapun, dana yang diraup dari rights issue ritel dapat mencapai Rp1,89 triliun.

Junior Research Associate Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama menyarankan kepada para investor ritel pemegang saham BUMN perlu mengantisipasi undersubscription dengan menghindari perusahaan yang sahamnya memiliki riwayat undersubscription di pasar seperti WSKT.

Di sisi lain, underpricing saat ini menurutnya tidak perlu dikhawatirkan karena memiliki efek sementara di pasar. Harga teoritis mungkin akan mendorong harga pasar turun begitu rights effective.

"Namun, apabila setelahnya pasar menilai penggunaan dana rights issue tepat guna, fundamental akan membaik dan hal ini akan tercermin pada harga sahamnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper