Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak masih bertahan di atas US$92 per barel meskipun jatuh dari level tertinggi 7 tahun setelah konflik Rusia dan Ukraina mereda.
Mengutip Antara, harga minyak mundur dari level tertinggi 7 tahun setelah Rusia mengatakan beberapa unit militernya kembali ke pangkalan mereka setelah latihan di dekat Ukraina, sebuah langkah yang tampaknya mengurangi ketegangan antara Moskow dan Barat.
Pada Selasa (15/2/2022), harga minyak Brent untuk pengiriman April anjlok US$3,20 atau 3,3 persen menjadi US$93,28 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot US$3,39 atau 3,6 persen menjadi US$92,07 per barel.
Kedua harga patokan minyak mencapai tertinggi sejak September 2014 pada Senin (14/2/2022), dengan Brent menyentuh US$96,78 dan WTI mencapai US$95,82.
Harga Brent melonjak 50 persen pada 2021, sementara WTI melonjak sekitar 60 persen, karena pemulihan permintaan global dari pandemi Covid-19 menekan pasokan.
Namun, sejauh ini tidak jelas berapa banyak unit pasukan yang ditarik Rusia, dan berapa jaraknya, setelah penambahan sekitar 130.000 tentara Rusia.
Baca Juga
Laporan awal Interfax tentang pergerakan pasukan telah menekan harga minyak. Adapun, ketegangan Rusia-Ukraina sebelumnya berpotensi memangkas pasokan minyak global sehingga memanaskan harga.
"Situasinya sangat cair, tetapi hari ini jelas merupakan hari yang lebih tenang," kata Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho. "Ini akan menjadi sesuatu yang terjadi menit ke menit, hari ke hari."
Perkembangan Rusia-Ukraina terbaru menarik tanggapan hati-hati dari Ukraina dan Inggris, setelah berhari-hari AS dan Inggris memperingatkan bahwa Moskow mungkin menyerang tetangganya kapan saja.
Pada Selasa (15/2), Ukraina mengatakan kementerian pertahanan dan dua bank telah menjadi sasaran serangan dunia maya, tampaknya menuding Rusia.
Investor juga mengamati pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia, yang berpotensi memungkinkan peningkatan ekspor minyak Iran.