Bisnis.com, JAKARTA — Prospek komoditas masih cerah memasuki Tahun Macan Air. Inflasi yang mengancam menjadi salah satu penyebab cerahnya prospek komoditas.
Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan bahwa saat ini inflasi sangat mengancam dunia, di mana ungkapnya Federal Reserve Amerika Serikat juga telah mengakui hal tersebut.
The Fed ungkap Wahyu mengatakan bahwa pada tahun 2022, pelaku pasar akan menyaksikan tekanan inflasi yang akan menggiring harga komoditas naik sepanjang tahun.
Selain itu, Wahyu juga menyatakan bahwa supply chain atau ketersediaan barang akan jadi masalah yang berlanjut pada tahun ini.
Tidak hanya itu, masalah geo politik juga menjadi salah satu penyebab harga komoditas merangkak naik. Wahyu menyampaikan yang menjadi salah satu isu global terutama di kuartal pertama tahun ini adalah krisis antara Rusia dan Ukraina yang semakin memburuk.
Krisis tersebut ungkapnya akan berdampak pada harga komoditas energi dan harga pupuk dan akhirnya akan mempengaruhi harga pasokan dan biaya produksi pada tahun ini.
Baca Juga
“Ini adalah tren kenaikan harga komoditas,” ungkap Wahyu kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Adapun, yang akan menjadi benchmark utama adalah potensi kenaikan harga minyak. Wahyu mengatakan untuk pertama kalinya sejak 2014, harga minyak telah lebih dari US$90 per barel.
Dia menjelaskan, harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik lebih dari 2 persen menjadi US$ 90,07 sementara patokan AS Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate juga melonjak lebih dari 2 persen dan diperdagangkan pada US$ 87,43 per barel.
Selain itu, Wahyu juga merekomendasikan komoditas lain yang bisa diperhatikan adalah komoditas energi, pangan dan agro bisnis.