Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melanjutkan tren koreksinya menyusul pernyataan hawkish The Fed untuk mengendalikan inflasi dengan lebih agresif.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (27/1/2022), harga emas di pasar Spot turun 0,2 persen ke posisi US$1.815,41 per troy ounce di Singapura.
Pada sesi sebelumnya, harga logam mulia anjlok 1,5 persen menyusul pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan suku bunga guna mengendalikan laju inflasi.
Koreksi ini sekaligus menghapus keuntungan yang telah dibangun emas pada tahun ini. Investor pada awalnya memprediksi tren suku bunga riil (real rates) negatif tetap berlangsung meski adanya kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Namun, pernyataan Powell yang cenderung hawkish akan menjadi lawan dari harapan pasar. Meski demikian, harga emas diyakini masih akan naik seiring dengan memanasnya tensi geopolitik di Ukraina.
Sementara itu, Goldman Sachs meningkatkan outlook harga emas dalam 12 bulan menjadi US$2.150 dari sebelumnya US$2.000. Perubahan tersebut menyusul komentar Powell terkait prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban di AS, rebound di emerging market, serta laju inflasi yang lebih cepat.
Baca Juga
“Kombinasi dari pertumbuhan yang lebih lamban dan inflasi yang lebih tinggi seharusnya akan meningkatkan minat investor terhadap emas yang dianggap sebagai aset defensif untuk lindung nilai (hedge) terhadap inflasi,” jelas analis Goldman Sachs Mikhail Sprogis dikutip dari laporannya.