Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Alam Turun Akibat Gencarnya Ekspor Rusia

harga gas alam di bursa AS Nymex kontrak Februari 2022 turun 2,81 persen menjadi US$3,91 per MMBtu.
Gas Metana di Iran/Caspian News
Gas Metana di Iran/Caspian News

Bisnis.com, JAKARTA - Harga gas alam turun setelah ekspor dari Rusia meningkat dan cuaca yang semakin hangat di kawasan Eropa.

Pada perdagangan Selasa (25/1/2022) pukul 17.27 WIB, harga gas alam di bursa AS Nymex kontrak Februari 2022 turun 2,81 persen menjadi US$3,91 per MMBtu.

Pemesanan gas melalui Ukraina via Velke Kapusany, titik utama di Slowakia, meningkat ke level tertinggi sejak 1 Januari, menurut data operator Eustream.

Namun, pengapalan masih di bawah tingkat normal. Sementara itu, temperatur di Eropa akan di atas rata-rata, kata Maxar, seperti dikutip Bloomberg pada Selasa (25/1/2022).

Pedagang sedang mengawasi pergerakan Rusia yang akan memberikan kelonggaran di tengah ketatnya pasar gas Eropa. Ditambah lagi, adanya ketegangan geopolitik di wilayah Ukraina.

Konflik tersebut dapat berpotensi mengurangi aliran gas ke Eropa untuk sementara waktu ketika simpanan di kawasan sudang sangat rendah dan permintaan di musim dingin tetap tinggi.

Potensi invasi Rusia di Ukraina menjadi ancaman yang nyata bagi pasar minyak dan gas seiring dengan suplai yang semakin ketat. kata Helima Croft dari RBC dalam acara Argus Crude Summit di Houston.

Menurutnya, risiko serangan dalam beberapa pekan ke depan di atas 50 persen dan akan menyebabkan harga minyak dan gas yang lebih tinggi secara signifikan, menurut Croft.

Sementara itu, sekutu barat tengah mendorong upaya diplomatik untuk mencegah perang pada saat pasukan Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina. AS menempatkan sebanyak 8.500 tentara yang bersiaga untuk ditempatkan guna memperkuat pasukan NATO di Eropa Timur jika diperlukan.

Kendati aliran gas Rusia melalui Velke Kapusany, pengapalan masih di bawah normal. Tingkat rata-rata aliran gas pada Januari pada tahun lalu bisa lebih dari 760 gigawatt-hours per hari, masih lebih tinggi dibandingkan dengan 446 gigawatt-hours pada Selasa.

Sementara itu, permintaan gas untuk pemanas dan pembangkit listrik diprediksi mereda pada pekan depan. Suhu yang lebih hangat akan meningkatkan potensi produksi tenaga angindi benua itu, menurut laporan dari The Weather Co.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper