Bisnis.com, JAKARTA - Emiten provider seluler, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) memiliki obligasi jatuh tempo pada kuartal I/2022 yang akan dilunasi menggunakan kas internal perseroan.
Berdasarkan data Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI), emiten berkode EXCL ini memiliki obligasi jatuh tempo pada 8 Februari 2022 senilai Rp191 miliar. Surat utang yang termasuk Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II 2019 Seri B ini bakal dilunasi dari kas internal.
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengungkapkan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sangat baik, sehingga pelunasan utang tersebut menggunakan kas internal.
"Untuk obligasi XL sebesar Rp191miliar yang akan jatuh tempo di kuartal I/2022, rencana kami adalah untuk melunaskan dengan sumber dana dari kas internal," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (9/1/2022).
Sebelumnya, Fitch Ratings memberikan peringkat nasional jangka panjang AAA dengan outlook stabil bagi PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Peringkat nasional AAA menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan Fitch pada skala peringkat nasional untuk Indonesia. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau surat utang dengan ekspektasi resiko gagal bayar yang terendah terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.
Baca Juga
“Penilaian kami terhadap kekuatan kredit Axiata meliputi ekspektasi bahwa grup akan terus mengelola kebutuhan investasi sambal menjaga profil kreditnya. Kami kemungkinan akan mengambil tindakan pemeringkatan negative jika Axiata tidak dapat mempertahankan kekuatan kreditnya, yang akan mengakibatkan pada tindakan pemeringkatan serupa terhadap XL,” sebut Fitch Ratings.
Fitch optimistis bahwa konsolidasi sektor selular Indonesia akan menopang stabilitas harga dan pertumbuhan yang menguntungkan dalam jangka panjang. Hal itu terlihat sejak meredanya persaingan pada semester I/2021, meskipun kondisi bisnis yang menantang dapat mendorong strategi penetapan harga
“Kami sekarang memperkirakan pertumbuhan satu digit yang rendah untuk pendapatan XL antara 2021-2024, didorong oleh perolehan pangsa pasar di luar Jawa,” imbuh Fitch.
Dalam periode yang sama, lanjut Fitch, intensitas belanja modal rata-rata sebesar 27 persen hingga 30 persen. Selain itu, pembayaran sewa sekitar Rp1 triliun sampai dengan Rp2 triliun per tahun pada 2020-2022. Hal itu sejalan dengan upaya perluasan jaringan serat optik untuk meningkatkan kapasitas transportasi jaringan.
Fitch yakin bahwa hubungan antara XL dan Axiata kuat, didukung oleh insentif hukum dan strategis yang tinggi meskipun insentif operasional rendah.
“XL tetap menjadi kontributor terbesar EBITDA Axiata di 25 persen dan belanja modal di 43 persen per akhir tahun 2020. Meski demikian, kami menilai hubungan operasional keseluruhan yang rendah, mengingat insentif sinergi yang rendah dan insentif manajemen dan merek yang medium,” sebut Fitch.