Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat di Awal Perdagangan, Mata Uang Asia Juga Menghijau

Rupiah terapresiasi 0,02 persen menjadi Rp14.193 per dolar AS pada pukul 09.22 WIB
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau melanjutkan penguatannya pada awal pekan terakhir tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (27/12/2021), rupiah terapresiasi 0,02 persen menjadi Rp14.193 per dolar AS pada pukul 09.22 WIB, setelah sempat dibuka melemah 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp14.213,5 per dolar AS.

Penguatan rupiah terjadi bersamaan dengan kenaikan ringgit Malaysia senesar 0,11 persen, won Korea Selatan naik 0,05 persen, dan dolar Singapura naik 0,15 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan eman mata uang dunia mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen menjadi 96.130.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan rupiah masih berpeluang menguat pada perdagangan hari ini ke kisaran Rp14.160 - Rp14.230 per dolar AS.

Pengendalian Cocid-19 dari dalam negeri disebut Ibrahim menjadi salah satu penopang penguatan rupiah. Adapun, pemerintah terus melakukan pengawasan secara ketat terhadap masyarakat yang akan melakukan mudik jelang Natal dan Tahun Baru 2022. 

"Walaupun dalam praktiknya di jalan-jalan terutama di jalan tol tidak ada penyekatan yang cukup signifikan. Ini menandakan bahwa Pemerintah percaya penyebaran Omicron tidak perlu dikhawatirkan," tulis Ibrahim dalam riset harian, dikutip Senin (27/12/2021).

Ibrahim menunjukkan berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa walaupun varian baru Omicron ini bermutasi 70 kali lebih cepat dari varian Delta namun tidak mematikan berbeda dengan varian Delta. Walaupun Omicron tidak mematikan, Pemerintah patut tetap waspada karena pandemi belum berakhir.

Sementara itu, pekan lalu dolar AS melemah lantaran investor memburu aset berisiko karena khawatiran virus varian Omicron Covid-19 kian memudar.

Adapun, investor juga menyambut baik persetujuan penggunaan darurat  pill Covid-19 seperti Molnupiravir, Merck & Co . Inc. dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper