Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Kembali Merosot, Sentimen Omicron Menghantui Pasar

Harga kontrak minyak berjangka telah berada di bawah tekanan selama berpekan-pekan karena faktor, mulai dari varian virus corona baru dan keputusan AS untuk melepaskan barel minyak dari cadangan darurat.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah berjangka menetap lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis pagi (2/1/2021), karena reli awal gagal dan penjualan meningkat di tengah kekhawatiran varian baru virus Corona Omicron dan dapat memangkas permintaan minyak ketika pasokan global meningkat.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 61 sen atau 0,9 persen menjadi ditutup di US$65,57 per barel. Sementara itu, patokan global minyak mentah berjangka Brent turun 36 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap pada US$68,87 per barel.

Di akhir sesi, harga minyak turun ke wilayah negatif setelah pejabat AS mengatakan varian Omicron --diyakini lebih menular daripada jenis virus corona sebelumnya-- telah ditemukan di negara itu.

"Ketika pasar mendapat berita tentang varian Frankenstein [monster], Anda menjual dan mengajukan pertanyaan kemudian," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York. Dia memperkirakan lebih banyak momentum bullish untuk kembali setiap kali WTI melintasi di atas US$70 per barel.

Adapun, minyak berjangka telah berada di bawah tekanan selama berpekan-pekan karena faktor, mulai dari varian virus corona baru dan keputusan AS untuk melepaskan barel minyak dari cadangan darurat bersama-sama dengan negara-negara konsumen utama lainnya.

Spekulan pasar yang telah membangun posisi beli tahun ini karena ekspektasi pasokan yang ketat telah bergeser karena fundamental berubah. Namun, pialang utama mengatakan aksi jual telah terjadi terlalu jauh, terlalu cepat.

"Komunitas spekulan menjalankan pertunjukan di sini," kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Kontrak bulan depan Brent dan WTI pada November mencatat penurunan bulanan tertajam dalam persentase sejak Maret 2020, dengan Brent merosot 16 persen dan WTI anjlok 21 persen.

Varian baru telah memperumit proses pengambilan keputusan untuk Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka, yang dikenal sebagai OPEC+, yang bertemu pekan ini untuk memutuskan apakah akan terus menambahkan 400.000 barel per hari dalam pasokan ke pasar.

Bahkan, beberapa berspekulasi bahwa OPEC+ dapat menghentikan penambahan tersebut dalam upaya untuk memperlambat pertumbuhan pasokan, yang sekarang diperkirakan akan menghasilkan surplus 3,8 juta barel per hari pada Maret 2022. OPEC+ kemungkinan akan membuat keputusan pada Kamis ini (2/1/2021).

Beberapa menteri OPEC+ mengatakan tidak perlu mengubah arah. Tetapi, bahkan jika OPEC+ setuju untuk melanjutkan peningkatan pasokan yang direncanakan pada Januari, produsen mungkin kesulitan untuk menambahkan sebanyak itu.

"Ada banyak hal yang menunjukkan bahwa OPEC+ awalnya tidak akan meningkatkan produksi minyaknya lebih jauh dalam upaya mempertahankan harga saat ini di sekitar US$70 per barel," kata analis PVM Stephen Brennock.

Amerika Serikat, bersama dengan beberapa negara lain, mengumumkan rencana pada November untuk melepaskan 50 juta barel cadangannya ke pasar guna mencoba mendinginkan harga energi.

Analis di Goldman Sachs menyatakan penurunan harga minyak berlebihan. "Pasar telah jauh melampaui kemungkinan dampak varian terbaru pada permintaan minyak."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper