Bisnis.com, JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), sebagai subholding gas PT Pertamina (Persero), mencatatkan kinerja keuangan yang mantap sampai dengan kuartal III/2021.
Sampai dengan kuartal ketiga tahun ini, PGAS berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar US$286 juta atau setara Rp 4,07 triliun dengan kurs Rp14.243 per dolar AS per akhir September 2021. Angka tersebut meroket 437 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (yoy).
“Kinerja tersebut diperoleh dari pendapatan sebesar US$2,25 miliar atau Rp32,04 triliun. Sedangkan EBITDA di periode yang sama mencapai US$618 juta atau Rp8,8 triliun,” jelas Direktur Utama PGN, M. Haryo Yunianto, dalam paparan publik, Rabu (17/11/2021).
Dengan penguasaan pasar sebesar 92 persen pangsa pasar niaga gas tanah air, Pertamina sebagai Holding BUMN Energi mengandalkan Subholding Gas Pertamina untuk membangun jaringan gas pipa tersebut.
“Untuk mencapai target 2021, Subholding Gas memiliki tujuh kebijakan strategis sepanjang 2021,” kata, Haryo.
Dengan tujuh kebijakan strategis itu, bisnis PGN dapat berjalan baik yang tercermin dari kinerja operasional dengan tren positif.
Baca Juga
Sementara itu, Subholding Gas Grup berhasil mencatatkan volume niaga gas selama periode Januari – September 2021 sebesar 873 BBTUD dan naik jika dibandingkan volume niaga gas kuartal III/2020 sebesar 812 BBTUD (YoY).
“Adapun, untuk volume transmisi pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 1.238 MMSCFD," ujar Direktur Sales & Operasi PGN, Faris Aziz.
Sedangkan di bisnis Lifting Migas, PGAS juga mencetak volume upstream sebesar 6,46 MMBOE, yang tumbuh dari periode sama tahun sebelumnya sebesar 5,3 MMBOE.
Hal ini karena adanya perbaikan kegiatan operasional serta keberhasilan aktivitas pengeboran dan eksplorasi yang berdampak positif pada peningkatan volume lifting migas, terutama dari Blok Pangkah, Muriah, Ketapang dan Muara Bakau.
“Kenaikan pendapatan terutama dikontribusikan dari meningkatnya kontribusi dari bisnis segmen upstream,” kata Direktur Keuangan & Manajemen Risiko PGN Fadjar Harianto Widodo.