Bisnis.com, JAKARTA – Harga aset kripto terbesar di dunia, Bitcoin, diprediksi memanas pada akhir tahun, dan bisa kembali mencetak rekor tertinggi atau all time high (ATH).
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan, akhir tahun dan awal tahun bisa jadi jadi momentum bullish bagi Bitcoin.
Wahyu menjelaskan sebelumnya Bitcoin sempat tertekan setelah sempat menyentuh ATH pada April 2021, karena isu China crackdown, tapi kemudian berhasil naik lagi setelah adanya dukungan Elon Musk di B Word Conference.
“Walau september tertekan oleh kecemasan global, juga terkait Evergrande, di mana banyak aset terkoreksi, Oktober ini naik lagi,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (29/10/2021)
Kendati demikian, masih banyak rintangan bagi Bitcoin untuk bisa menyentuh US$100.000, terutama terkait regulasi di berbagai negara. Bank Sentral Eropa (BoE) misalnya, mengatakan bahwa Bitcoin bisa memicu kehancuran ekonomi jika tidak diatur ketat.
“Jelas masalah legitimasi dan regulasi adalah isu laten bagi kripto. Tapi tetap saja kripto tidak bisa dibendung selama ada teknologi, liberalisasi, dan globalisasi,” ungkapnya.
Baca Juga
Namun, seiring minat investor institusional terhadap Bitcoin terus tumbuh, mata uang digital punya potensi menjadi bagian dari cadangan strategis dan model alokasi aset dalam waktu dekat.
“Orang-orang di luar negeri kemungkinan besar ingin membeli mata uang digital sebagai alternatif yang lebih stabil dari mata uang nasional mereka. ini adalah situasi yang luar biasa,” ujarnya.
Wahyu menilai, tak ada titik balik lagi untuk Bitcoin yang sudah terlanjur jadi aset kripto terbesar di dunia. Bitcoin dan koin digital lainnya, seperti Ethereum masih potensial untuk naik.
“Strategi medium and jangka panjangnya jelas Buy on Weakness,” ujarnya.
Wahyu memprediksikan harga Bitcoin akhir tahun ini bisa menuju level tertingginya, dengan target selanjutnya di 69.440, 73.000, 75.810, dan 78.660. Adapun, support terkuatnya berada di 39.600.
