Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah di hadapan dolar AS dibuka melemah pada awal perdagangan Senin (1/11/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 42,5 poin atau 0,30 persen ke Rp14.210 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,04 poin atau 0,05 persen ke 94,17.
Bersama rupiah, sejumlah mata uang Asia juga mengalami pelemahan di hadapan dolar AS seperti yen Jepang yang melemah 0,11 poin atau 0,1 persen ke 114 yen per dolar AS. Kemudian, dolar Taiwan uga melemah 0,05 poin atau 0,18 persen ke 27,84 per dolar AS.
Selanjutnya, won Korea Selatan terkoreksi 7,9 poin atau 0,68 persen ke 1.176,31 per dolar AS. Dolar Singapura juga tercatat turun tipis 0,04 persen ke SG$1,34 per dolar AS.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) mengatakan bahwa penguatan dolar AS pada awal pekan ini didukung oleh naiknya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.
“Laporan ekonomi AS yang memicu ekpektasi naiknya inflasi di AS akan lebih agresif dari perkiraan awal The Fed, dan mungkin memaksa The Fed mengambil langkah yang lebih agresif pada kebijakan moneternya di pekan ini, sehingga menopang naiknya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan dolar AS,” tulis tim riset MIFX.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, investor sekarang juga tengah menunggu keputusan pertemuan Federal Reserve pada awal November.
"Pasar menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pada 3 November untuk petunjuk lebih lanjut tentang garis waktu pengurangan aset," kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (28/10/2021).
Di sisi lain, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi pada Oktober 2021 akan mencapai 0,08 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Oktober 2021, perkembangan harga pada Oktober 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,08 persen mtm. Rilis data inflasi akan memengaruhi rupiah.