Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Berfluktuasi, Mayoritas Mata Uang Asia Menguat

Rupiah sempat dibuka menguat pagi ini, namun tak lama berbalik arah ke zona merah.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Selasa (26/10/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat tipis 0,02 persen ke level Rp14.155 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,055 poin atau 0,06 persen ke level 93,868 pada pukul 08.54 WIB.

Adapun rupiah berbalik arah melemah 0,05 persen atau 7,5 poin menjadi Rp14.165 per dolar AS pada 09.11 WIB. Mata uang Asia lain cenderung bervariasi dengan mayoritas mengalami penguatan.

Tercatat, yen Jepang melemah 0,13 persen, yuan China menguat 0,07 persen, ringgit Malaysia menguat 0,11 persen, bath Thailand menguat 0,03 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,34 persen. 

Riset Monex Investindo Futures menyebut, dolar AS akan mendapatkan sentimen penggerak dari data-data ekonomi AS hari ini. Data tersebut seperti data tingkat keyakinan konsumen, data indeks manufaktur Richmond, dan data penjualan rumah baru di Amerika Serikat bulan Oktober.

"Bila data-data ekonomi AS tersebut menunjukkan aktual data yang lebih buruk dari perkiraan, maka dolar AS berpeluang melemah, dan harga emas serta mata uang utama lainnya berpeluang menguat," kata tim riset Monex Investindo Futures, Selasa (26/10/2021).

Dilansir dari Antara, dolar AS stabil pada akhir perdagangan Senin setelah melonjak dari level terendah satu bulan karena para pedagang mempertimbangkan prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk berbagai mata uang dan mempertimbangkan data ekonomi dan komentar bank sentral yang dapat memengaruhi posisi mereka.

"Ada begitu banyak risiko peristiwa yang terjadi minggu ini dan dolar telah berkinerja buruk selama dua minggu terakhir, sehingga pasar mulai membeli kembali dolar," kata Joseph Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, dilansir Antara, Selasa (26/10).

"Apa yang telah menumpulkan kilau dolar akhir-akhir ini adalah gagasan bahwa bank sentral lain tampaknya siap untuk menaikkan suku bunga sebelum Fed," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Saumi
Editor : Farid Firdaus
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper