Bisnis.com, JAKARTA - J.P. Morgan Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi netral untuk saham PT Wijaya karya (Persero) Tbk.
Investor juga disarankan melakukan aksi ambil untung atau profit taking karena saham dengan kode WIKA tersebut sudah reli dalam sebulan terakhir.
Analis J.P. Morgan Sekuritas Henry Wibowo dan Arnanto Januri mengatakan pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung yang tak terlalu berprogres karena evaluasi terjadinya pembengkakan biaya dapat membawa risiko terhadap marjin WIKA pada semester II/2021.
“Kami tetap netral untuk WIKA mengingat konstruksi proyek kereta cepat sangat minimal dalam beberapa bulan terakhir,” tulis J.P. Morgan dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Senin (25/10/2021).
Adapun, proyek kereta cepat senilai US$6 miliar itu merupakan joint venture (JV) antara Indonesia dan China. Dari Indonesia, WIKA awalnya bertindak sebagai kontraktor utama namun baru-baru ini kepemimpinan WIKA dipindahkan ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) lewat Perpres No. 93 Tahun 2021.
Dilihat dari struktur pembiayaan proyek tersebut, pendanaan sebesar 75 persen didapatkan melalui pinjaman dari China Development Bank. Sedangkan sisanya 25 persen didanai oleh ekuitas langsung yaitu 60 persen dari konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40 persen dari China Railway International Co. Ltd.
Baca Juga
Di dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) awalnya terdiri dari konsorsium 4 BUMN yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dengan kepemilikan saham 38 persen, PT Kereta Api Indonesia (Persero) 25 persen, PT Perkebunan Nusantara VIII 25 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 12 persen.
Di kuartal III/2021, pemerintah menyebutkan ada tiga permasalahan di dalam proyek kereta cepat ini, sehingga diperlukan perubahan Perpres, yaitu pemenuhan ekuitas dasar, cost overrun, dan cash deficit saat operasional awal.
Untuk ekuitas dasar, terdapat kekurangan setoran dari 4 BUMN yaitu Wijaya Karya sebesar Rp0,24 triliun, PTPN VIII sebesar Rp3,14 triliun, PT KAI sebesar Rp0,44 triliun, dan Jasa Marga Sebesar Rp0,54 triliun.
Kekurangan ini tersebut telah diusulkan untuk dipenuhi melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT KAI (Persero).
Sejauh ini proyek kereta cepat Jakarta-Bandung masih menunjukkan kemajuan yang terbatas karena adanya evaluasi pembengkakan bujet tersebut. Hal itu juga menambah kekhawatiran mengenai tingkat risiko proyek yang terkait dengan investasi infrastruktur greenfield di Indonesia yang sudah menjadi perhatian investor swasta lokal maupun asing.
Dengan perkembangan tersebut, J.P. Morgan merekomendasikan investor untuk profit taking terhadap saham WIKA yang sudah naik 15,52 persen dalam sebulan terakhir.
Pada akhir perdagangan Senin (25/10/2021), saham WIKA ditutup turun 1,11 persen menjadi Rp1.340. Sejak awal tahun, saham WIKA masih turun 32,49 persen dengan kapitalisasi pasar Rp12,02 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.