Bisnis.com, JAKARTA — Instrumen reksa dana masih dapat menjadi pilihan investor hingga akhir tahun ini ditengah isu tapering The Fed dan sentimen positif dari dalam negeri.
Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan, bahwa memasuki kuartal IV/2021, ada beragam hal yang mendukung investor untuk tetap optimistis untuk meraih peluang investasi jelang akhir tahun.
Meski demikian, ia mengatakan masih ada beberapa risiko yang perlu dicermati, baik dari sisi global maupun domestik.
Salah satu sentimen yang perlu diperhatikan adalah tapering The Fed atau pengurangan stimulus dari bank sentral Amerika Serikat terlihat semakin jelas akan berlangsung di kuartal ini. Kenaikan Fed Rate diproyeksikan akan maju lebih cepat dan terjadi di tahun 2022, menjadi 0,50 persen.
Perubahan juga terjadi pada target inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya, yang disebabkan oleh disrupsi rantai pasokan global yang lebih persisten dari perkiraan. The Fed juga merevisi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 5,9 persen di 2021 sebagai dampak dari peningkatan kasus COVID-19 varian delta di Amerika Serikat (AS) pada kuartal ketiga 2021.
“Meski demikian, pada tahun 2022 aktivitas ekonomi diperkirakan akan lebih baik seiring dengan membaiknya kondisi pandemi, yang ditunjukkan oleh proyeksi PDB AS di 2022 yang meningkat menjadi 3,8 persen dari semula 3,3 persen,” katanya dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (9/10/2021).
Baca Juga
Dari dalam negeri, penurunan angka kasus positif Covid-19 serta vaksinasi yang semakin masif membuat pelonggaran aktivitas masyarakat dapat dilakukan, dan potensi pemulihan ekonomi domestik semakin terbuka.
Stabilitas makro ekonomi, terutama eksternal, yang terus diperkuat dapat memberikan dukungan yang baik untuk mengantisipasi Fed tapering dan menghadapi dinamika global yang walaupun berada dalam masa pemulihan tapi belum sepenuhnya stabil.
Ia mengatakan, pasar obligasi diperkirakan akan lebih kuat dalam menghadapi perubahan sentimen global. Dengan selisih imbal hasil terhadap US Treasury yang masih lebar, pasar obligasi Indonesia membukukan kinerja yang lebih baik dalam menghadapi rencana Fed tapering, dimana sepanjang tahun berjalan sampai akhir September indeks pasar obligasi Indonesia menguat 3,9 persen.
“Inflasi yang terkendali, pengelolaan fiskal yang baik, dan tingginya likuiditas domestik membantu penguatan pasar obligasi Indonesia yang diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun,” jelasnya.
Sementara itu, pada pasar saham, antusiasme dan optimisme para pelaku pasar terhadap pemulihan aktivitas domestik mulai terlihat pada pergerakan pasar saham domestik. Sepanjang tahun berjalan hingga akhir kuartal III/2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 5,1 persen.
Pemulihan sentimen yang ditopang oleh katalis positif seperti meningkatnya vaksinasi, kenaikan harga komoditas, stabilitas rupiah, dan perbaikan penerimaan perusahaan diharapkan dapat mendorong pergerakan pasar saham Indonesia ke depannya.
Investor dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk atau menambah porsi kepemilikannya di reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham, disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.
Sebagai gambaran, reksa dana Manulife Obligasi Unggulan Kelas A (MOU Kelas A) mampu memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 6,90 persen pada periode akhir September 2020 hingga akhir September 2021, melampaui tolok ukurnya (rata-rata bunga deposito 3 bulan net setelah pajak) yang sebesar 3,97 persen.
Pada periode yang sama, reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA) memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 74,79 persen, jauh melampaui tolok ukurnya (indeks IDX80) yang sebesar 21,05 persen.
“Menjelang akhir tahun, masih ada potensi pertumbuhan pada underlying asset reksa dana. Silakan manfaatkan peluang yang ada dengan bijak,” katanya.