Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN memastikan hanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha BUMN yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan, semula ada dua anak usaha BUMN yang akan melantai di pasar modal tahun ini. Namun, dari dua entitas tersebut baru satu yang sudah dipastikan dapat melakukan penawaran umum perdana (IPO) tahun ini.
"Yang pasti Mitratel yang terdekat. Kita tahu, ini perusahaan dengan pemilik tower terbesar, ini akan menjadi perusahaan bintangnya industri ini," urainya dalam sesi konferensi pers virtual, Selasa (5/10/2021).
Dia menyebut Mitratel memiliki kelebihan selain sebagai pemilik menara telekomunikasi, jaringannya pun didukung jaringan fiber optik.
Dengan begitu, Mitratel akan memiliki kelebihan sebagai perusahaan menara yang cukup kuat dengan jumlah menara paling banyak di Indonesia dan didukung jaringan fiber optik untuk memperkuat fungsinya.
"Tower ini tidak hanya radio, Mitratel ini kelebihannya disana. Segi jumlah tower bisa mengimbangi yang lain, fiber optik juga membantu Mitratel ini lebih bertenaga. Makanya, ini Mitratel akan jadi perusahaan tower yang signifikan," urainya.
Baca Juga
Mitratel, yang merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) saat ini memiliki 28.000 menara telekomunikasi dan diperkirakan melantai pada November mendatang.
"Kami gabungkan tower-tower yang ada di Telkom atau tim lainnya jadi satu kesatuan di Mitratel. Kami siapkan either go public di tahun ini atau di awal tahun depan nanti tergantung market-nya yang bisa kita lihat," urai Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu.
IPO PT Dayamitra Telekomunikas sebelumnya sempat disebut menargetkan dana hingga US$1 miliar atau setara Rp14,6 triliun (kurs Rp14.600 per dolar AS).
Sementara itu, PT Pertamina Geothermal Energy digadang-gadang menjadi salah satu anak usaha Pertamina yang bakal IPO tahun ini disebut harus menunda rencana tersebut.
"Kita masih tunggu [persiapan Geothermal Energy]," ujar Arya.
Pembentukan holding geothermal tersebut merupakan wujud fokus pada energi terbarukan, Pertamina dan PLN bersinergi menggabungkan anak usahanya guna mengejar target energi hijau pada 2060.
IPO perusahaan pembangkit listrik energi terbarukan dikabarkan akan menggalang dana setidaknya mencapai US$500 juta atau setara dengan Rp7,3 triliun.