Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi melaju hingga 6.600 yang memungkinkan investor bisa memanfaatkan momentum dengan mencermati pergerakan saham komoditas.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan investor perlu cermat karena secara histori IHSG kerap mengalami penguatan pada akhir tahun. Sejumlah sentimen dinamis hadir meliputi pergerakan.
“Untuk akhir tahun ini IHSG juga diproyeksikan bakal ditutup pada zona hijau dan berada pada kisaran 6.400-6.600,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (5/10/2021).
Frankie menambahkan pada tahun lalu IHSG menguat karena ditopang oleh sektor pertambangan khususnya nikel dan sektor kesehatan dan farmasi. Sementara pada tahun ini, sentimen yang menopang pertumbuhan IHSG berasal dari sektor komoditas energi, seperti batu bara, minyak & gas.
Menurutnya harga komoditas yang energi terus melambung tinggi akan menjadi katalis positif. Selain itu, momentum window dressing juga adalah tenaga tambahan untuk menopang IHSG akhir tahun, bahkan menuju awal tahun yang baru.
Walau begitu, lanjutnya, IHSG tetap memiliki hambatan yang berasal dari sisi global. Terutama kekhawatiran sentimen tapering oleh bank sentral Amerika Serikat serta krisis energi global.
Baca Juga
Menurutnya, pada satu sisi krisis energi akan memberikan pendapatan yang optimal untuk emitem-emiten sektor yang terkait. Akan tetapi kenaikan harga komoditas energi juga menekan margin sektor lain, khususnya industri manufaktur.
Oleh sebab itu, Frankie menyarankan investor untuk mempertimbangkan sektor pertambangan komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, juga sektor perbankan.
“Untuk rekomendasi saham boleh melirik saham-saham CPO, karena saham-saham batubara baru sudah rally dalam sepekan lalu. Untuk saham CPO boleh melirik LSIP dengan target di level resisten Rp1.500,” katanya.
Adapun untuk sektor perbankan boleh mempertimbangkan BBRI dengan sentimen Holding UMi dan juga pemulihan ekonomi. Frankie menargetkan hingga ke level Rp4.500.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.