Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Investor Pasar Modal Naik 2,3 Juta selama Pandemi, Milenial Mendominasi

Pertumbuhan ini berdasarkan pada data Single Investor Identification atau SID, yang merupakan nomor identitas investor serupa KTP.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah investor baru di pasar modal mengalami peningkatan sepanjang pandemi Covid-19. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh kelompok milenial, khususnya generasi X dan Y.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, mengatakan jumlah investor di pasar modal bertambah hingga 2,3 juta selama pandemi, sehingga menjadi 6,1 juta investor.

“Setelah dicek lebih dalam, [pertumbuhan] itu adalah kelompok milenial, Gen X dan Y,” ujarnya dalam webinar, Selasa (28/9/2021).

Dia menuturkan pertumbuhan ini berdasarkan pada data Single Investor Identification atau SID, yang merupakan nomor identitas investor serupa KTP. Nomor ini dikeluarkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Tirta mengatakan pandemi telah mengubah perilaku generasi milenial dalam menggunakan uang. Jika sebelum pandemi generasi ini cenderung membeli pengalaman dengan berplesiran, kini mereka lebih mengalokasikan uangnya untuk investasi.

“Di masa pandemi, di tengah mobilitas yang terbatas, sepertinya mereka mengalihkan pengeluarannya ke investasi,” tuturnya.

Kendati demikian, Tirta menilai generasi milenial perlu dibekali dengan literasi keuangan menyeluruh. Sebab, tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk layanan jasa keuangan formal dinilai masih relatif rendah.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen.

Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan hasil survei OJK pada 2016. Saat itu, indeks literasi keuangan mencapai 29,7 persen dan indeks inklusi keuangan 67,8 persen.

Indeks literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, serta pengelolaan keuangan dalam mencapai kesejahteraan.

Adapun, indeks inklusi keuangan merupakan ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dari kemampuan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan.

Kendati mengalami peningkatan, Tirta menuturkan tingkat literasi keuangan yang baru mencapai 38,03 persen dinilai masih relatif rendah.

“Literasi keuangan masyarakat perlu terus ditingkatkan agar mereka benar-benar paham dengan karakteristik itu termasuk risiko biaya kalau ada kewajiban,” ujar Tirta.

Dia menuturkan bahwa otoritas menargetkan inklusi keuangan di Indonesia dapat mencapai 90 persen pada 2024. Kolaborasi antarpihak akan dilakukan untuk mencapai target tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper