Bisnis.com, JAKARTA – Grup Salim disebut tengah menjajaki pinjaman bank senilai US$500 juta untuk mendanai ekspansi infrastruktur digital termasuk data center.
“Grup Salim sedang mencari pembiayaan untuk membangun dan mengoperasikan pusat data di kawasan industrinya,” menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Bloomberg, Kamis (16/9/2021).
Sumber tersebut menyebutkan, nantinya data center Grup Salim dapat mengelola data milik pelanggan termasuk para penambang cryptocurrency. Rencananya perusahaan yang dikendalikan oleh taipan Anthoni Salim ini akan menginvestasikan sekitar US$100 juta per kawasan industri.
Adapun PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) sedang membangun proyek H2 yakni pusat data hyperscale di kawasan industri milik Grup Salim. Perseroan fokus pada persiapan untuk pengoperasian H2, dan perusahaan dapat berkolaborasi lebih lanjut dengan Grup Salim untuk membangun dan mengoperasikan lebih banyak data center di kawasan industri yang dimilikinya.
Seperti diketahui, Grup Salim memiliki gurita bisnis yang luas dan beragam, mulai dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) hingga First Pacific Co. yang terdaftar di Hong Kong, yang pada gilirannya memegang saham di PLDT Inc., sebuah perusahaan telekomunikasi dan penyedia layanan digital di Filipina.
Grup Salim sempat menandatangani kemitraan strategis dengan Google Cloud Alphabet Inc. untuk mengubah bisnisnya secara digital pada awal tahun ini. Perusahaan sedang dalam pembicaraan untuk bermitra dengan perusahaan e-commerce lokal PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA).
Baca Juga
Pada 2022, DCI Indonesia berencana menambah kapasitas data center sebesar 34 megawatt (MW) dengan nilai investasi sekitar US$238 juta-US$306 juta atau sekitar Rp3,3 triliun-4,28 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama DCI Indonesia Toto Sugiri mengungkapkan perseroan berencana menambah kapasitas data center perusahaan hampir dua kali lipat. Menurutnya, penambahan kapasitas sejalan dengan kebutuhan pasar dan pertumbuhan perseroan.
“Kami berencana membangun JK6 dengan kapasitas 34 MW pada tahun. Kami sangat berhati-hati karena ini membutuhkan investasi yang besar,” katanya kepada Bisnis pada Senin (13/9/2021).