Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Menimbang Prospek Pertumbuhan, Bursa Asia Menguat

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,53 persen dan 0,25 persen, indeks Shanghai Composite menguat 0,49 persen, dan Hang Seng naik 0,6 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Jumat (10/9/2021) di saat pelaku pasar menimbang prospek pengurangan stimulus bertahap bank sentral AS serta upaya untuk mendukung pemulihan global terhadap risiko dari varian delta.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,53 persen dan 0,25 persen, indeks Shanghai Composite menguat 0,49 persen, dan Hang Seng naik 0,6 persen.

Sementara itu, kontrak berjangka indeks S&P 500 AS naik tipis, setelah indeks acuan ditutup melemah pada perdagangan kemarin, Kamis (9/9/2021), membukukan penurunan beruntun terpanjang sejak Juni.

Pemerintahan Biden mengambil langkah-langkah untuk mewajibkan perusahaan-perusahaan besar untuk menyelenggarakan program vaksinasi atau pengujian guna meningkatkan upaya melawan varian delta Covid-19.

Imbal hasil obligasi AS stabil, didorong oleh oleh permintaan yang kuat pada lelang obligasi 30 tahun. Sementar aitu, dolar AS melemah tipis. Di pasar komoditas, minyak mentah setelah China memutuskan melepas cadangan minyak mentahnya guna mengurangi lonjakan biaya energi.

Indeks Nasdaq Golden Dragon China merosot setelah kejatuhan saham perusahaan teknologi China di Asia. Tindakan keras Beijing terhadap berbagai industri swasta serta kemungkinan langkah-langkah untuk melindungi ekonomi terbesar kedua tersebut masih menjadi fokus bagi para pedagang.

Bursa saham global telah melemah dari rekor tertingginya di tengah laju inflasi dan pembukaan kembali perekonomian yang lebih lambat menyusul bayang-bayang pengurangan dukungan bank sentral.

Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan akan memperlambat laju pembelian obligasi pada kuartal terakhir tahun 2021, tetapi Gubernur ECB Christine Lagarde menambahkan bahwa tidak ada pengurangan stimulus jika risiko dari varian delta masih tinggi.

"Pada akhirnya, jalan kembali ke lingkungan ekonomi yang lebih normal kemungkinan akan panjang, dan kita dapat memperkirakan adanya pelemahan," tulis kepala investasi Commonwealth Financial Network Brad McMillan, dikutip Bloomberg, Jumat (10/9/2021).

"Perlambatan pemulihan ekonomi ini dapat menyebabkan volatilitas lanjut di bulan-bulan mendatang," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper