Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Euro Menguat dan Kasus Covid Naik, Dolar AS Morat-Marit

Dolar AS telah melemah akibat ketidakpastian atas kebijakan Fed. Jumat lalu (27/8/2021), Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pengurangan stimulus dapat dimulai tahun ini, namun bank sentral tidak terburu-buru.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (11/11) ditutup melemah 0,2 persen atau 27,5 poin ke level Rp14.085 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (11/11/2020). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (11/11) ditutup melemah 0,2 persen atau 27,5 poin ke level Rp14.085 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama pada penutupan perdagangan Jumat (3/9/2021), setelah laporan data ketenagakerjaan AS yang lebih lemah dan euro menguat, mendekati level tertinggi satu bulan terhadap greenback.

Penguatan euro terjadi setelah Bank Sentral Eropa membuat komentar yang membuat kekhawatiran inflasi tetap menjadi fokus.

Sementara itu, klaim pengangguran awal mingguan AS turun minggu lalu dan PHK turun ke level terendah dalam lebih dari 24 tahun. Namun, meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir telah mengancam pemulihan ekonomi, membuat Federal Reserve (Fed) tidak menarik kembali stimulus besarnya.

“Itu lebih baik dari yang diharapkan tetapi itu tidak cukup untuk mengubah pandangan siapa pun tentang apa yang sedang terjadi, atau kecepatan pengurangan stimulus atau berapa angka Jumat [data ketenagakerjaan]. Itu hanya dalam kisaran perkiraan,” kata Kepala Penelitian Investasi BDSwiss Marshall Gittler.

Pada Rabu (1/9/2021), Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP jauh lebih lemah dari yang diharapkan. Hari ini, Jumat (3/9/2021), Pemerintah AS akan melaporkan data penggajian (payrolls) untuk Agustus.

Data penggajian nonpertanian diperkirakan akan naik 750.000, dengan tingkat pengangguran diantisipasi turun menjadi 5,2 persen dari 5,4 persen.

Dolar AS telah melemah akibat ketidakpastian atas kebijakan Fed. Jumat lalu (27/8/2021), Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pengurangan stimulus dapat dimulai tahun ini, namun bank sentral tidak terburu-buru.

"Mereka sudah cukup banyak memakukan warna mereka ke tiang, mereka mengatakan kecuali jika semua terjadi, mereka akan mulai mengurangi stimulus tahun ini, jadi kita harus melihat kesalahan besar atau mungkin beberapa kesalahan besar bagi mereka untuk menundanya," kata Gittler.

Data lain menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS naik pada Juli, sementara pengeluaran bisnis untuk peralatan tetap kuat, meskipun ada kendala pasokan dan tren pengeluaran beralih dari barang-barang ke jasa-jasa.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,303 persen pada 92,229, setelah jatuh ke serendah 92,219, level terendah sejak 5 Agustus. Euro naik 0,31 persen menjadi US$1,1874.

Data lain minggu ini menunjukkan inflasi naik 3,0 persen di zona euro untuk Agustus, membantu mendorong euro ke level tertinggi satu bulan di 1,8745, tertinggi sejak 4 Agustus. Pada Kamis (2/9/2021), data menunjukkan manufaktur tetap kuat di kawasan tersebut tetapi masalah rantai pasokan mengirim harga lebih tinggi.

Komentar hawkish terbaru dari Bank Sentral Eropa termasuk Robert Holzman dari Austria dan bos Bundesbank Jens Weidman juga mendukung mata uang tunggal. Presiden ECB Lagarde mengatakan kawasan itu pulih dari pandemi dan hanya membutuhkan dukungan "surgical".

ECB dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pada 9 September. Yen Jepang menguat 0,04 persen versus greenback di US$109,96 per dolar. Sterling terakhir diperdagangkan pada US$1,3834 atau naik 0,48 persen.

Di antara mata uang kripto, Bitcoin menembus angka US$50.000 untuk pertama kalinya sejak 23 Agustus dan terakhir naik 0,98 persen menjadi US$49.333,82. Ethereum terakhir turun 1,5 persen menjadi US$3.774,04 setelah menyentuh level tertinggi 3,5 bulan di US$3.837,20 pada Rabu (1/9/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper