Bisnis.com, JAKARTA – PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI terus mengembangkan bisnisnya dengan merambah sektor digital dan sedang berkembang saat ini.
Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi mengatakan bahwa saat ini pihaknya juga sedang menyiapkan lini bisnis lain yang akan digarap oleh perseroan.
“Kedepan ada berapa inisiasi bisnis yang tengah kami siapkan, seperti lembaga kliring di pasar fisik emas digital, lembaga kliring aset kripto, serta lembaga kliring perdagangan karbon. Untuk itu, secara internal kami juga terus menyiapkan diri, baik dari sisi teknologi maupun dari sisi sumber daya manusianya,” kata Fajar, Rabu (25/8/2021).
KBI sendiri mulai beroperasi pada 25 Agustus 1984, dengan nama PT Persero Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi atau KJBK. Kala itu, KJBK beroperasi dengan layanan registrasi pasar fisik komoditi karet dan kopi serta kuota tekstil.
Kemudian pada 2001 KJBK berubah nama menjadi PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI.
“Dalam perjalanan selama 37 tahun, berbagai prestasi dan pencapaian telah diraih, baik terkait kinerja, inovasi maupun dalam hal tanggung jawab sosial masyarakat. Apalagi di tengah pandemi yang ada, kami masih bisa mencatatkan kinerja yang positif,” ujar Fajar.
Saat ini, KBI memiliki tiga lini bisnis, yaitu sebagai lembaga kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi di perdagangan berjangka komoditi dan pasar fisik komoditas timah batangan, serta sebagai pusat registrasi resi gudang.
Sejak 2019, KBI tumbuh dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp131 miliar dan laba Rp50,3 miliar. Selanjutnya, pada 2020, pendapatan yang diraih mencapai Rp154 miliar dengan laba sebesar Rp66,4 miliar.
Adapun, sampai semester I/2021, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp77,4 miliar dengan laba sebesar Rp43,9 miliar.