Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Bisa Proyeksi Kinerja, Garuda Indonesia (GIAA) Harapkan Umrah Dibuka Oktober Ini

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan perseroan selalu membuat proyeksi kinerja secara internal, tetapi situasi pandemi corona dan penanganannya membuat kinerja sulit diprediksi.
rnrnDokumentasi. Pekerja melakukan pengecekan akhir livery masker pesawat yang terpilih sebagai pemenang, sebelum peluncuran pesawat Garuda Indonesia Boing 737-800 NG bercorak khusus yang menampilkan visual masker bertema Indonesia Pride pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. /ANTARA
rnrnDokumentasi. Pekerja melakukan pengecekan akhir livery masker pesawat yang terpilih sebagai pemenang, sebelum peluncuran pesawat Garuda Indonesia Boing 737-800 NG bercorak khusus yang menampilkan visual masker bertema Indonesia Pride pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Situasi pandemi Covid-19 yang kian tak pasti membuat emiten maskapai PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) sulit menyiapkan proyeksi kinerja tahun ini. Perseroan berharap besar dari penerbangan umrah yang dapat dibuka kembali Oktober 2021 mendatang.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan perseroan selalu membuat proyeksi kinerja secara internal, tetapi situasi pandemi corona dan penanganannya membuat kinerja sulit diprediksi.

"Situasi pandemi dan penanganan pembatasan ini buat kami agak sulit memprediksi keakuratan proyeksi kami ini. Sementara, kalau kami memproyeksikan berbasis kondisi hari ini, tentu saja terlalu konservatif," jelasnya dalam paparan publik insidentil, Kamis (20/8/2021).

Emiten berkode GIAA ini mengharapkan kinerja dapat meningkat tajam dengan adanya beberapa momentum yang bisa dimanfaatkan. Irfan menerangkan cukup kerepotan setelah perjalanan haji terlewat pada tahun ini karena pembatasan jemaah haji dari Indonesia.

"Tentu saja setelah haji dan ini lewat dan tentu saja kita mengalami problem terbesar. Tapi, yang menjadi pertanyaan terbesar kami adalah apakah betul umrah akan buka bulan Oktober ini langsung dari Indonesia ini," paparnya.

Menurutnya, ketika akses umrah langsung dilayani dari Indonesia dan Garuda Indonesia dapat terbang langsung dari Indonesia ke Arab Saudi akan membuat kenaikan pendapatan yang cukup signifikan bagi perseroan.

Hal ini karena karena antrian untuk umrah ini sudah sangat tinggi dan perseroan dapat melayani penerbangan umrah dengan tetap memperhatikan keselamatan dan kesehatan penumpang.

Selain itu, terkait pembatasan dalam negeri khususnya penerbangan antar pulau, karena pemerintah sudah memperkenankan penggunaan Antigen penerbangan Jawa-Bali, tetapi masih wajib PCR kalau dari luar Pulau Jawa-Bali.

"Jadi kami tentu saja berharap tidak lama lagi syarat vaksin dan antigen menjadi syarat yang lebih mudah, dibandingkan vaksin dan PCR. Walaupun kami percaya bahwa kalau sudah vaksin dua kali mestinya posisinya jauh akan lebih baik," urainya.

Dengan demikian, Irfan menilai sulit menentukan proyeksi kinerja hingga akhir tahun karena variabel yang terlalu beragam dan khawatir proyeksi tersebut dapat meleset.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021 yang dikutip Bisnis.com, GIAA ini mencetak pendapatan US$353,07 juta turun 54,03 persen dari pendapatan kuartal I/2020 sebesar US$768,12 juta.

Pendapatan dari penerbangan berjadwal menurun menjadi US$278,22 juta dari US$654,52 juta. Sementara, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal naik menjadi US$22,78 juta dari US$5,31 juta. Pendapatan usaha lainnya juga menurun menjadi US$52,06 juta dari US$108,27 juta.

Adapun, beban usaha perseroan menurun tetapi tetap di atas kinerja pendapatan perseroan. Beban usaha per kuartal I/2021 sebesar US$702.17 juta sementara pada kuartal I/2020 sebesar US$945,7 juta.

Walhasil, perseroan mencetak rugi usaha sebesar US$287,09 juta per 3 bulan tahun ini dari posisi laba usaha US$616.040 per 3 bulan awal tahun lalu.

Dengan demikian, rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membengkak menjadi US$384,34 juta dari posisi US$120,16 juta per kuartal pertama tahun lalu.

Di sisi lain, total liabilitas perseroan juga meningkat menjadi US$12,9 miliar pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan US$12,73 miliar per akhir tahun lalu.

Rinciannya, total liabilitas jangka pendek meningkat menjadi US$4,55 miliar dari US$4,29 miliar, sementara liabilitas jangka panjang turun tipis menjadi US$8,34 miliar dari US$8,43 miliar.

Total ekuitas negatif perseroan juga malah meningkat pada kuartal I/2021. Pada akhir tahun lalu, perseroan mencatat ekuitas negatif sebesar US$1,94 miliar, sementara kuartal pertama tahun ini ekuitas negatif meningkat menjadi US$2,32 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper