Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu keluar dari zona merah sejak perdagangan dibuka tadi pagi dan ditutup di zona merah.
Pidato Presiden Joko Widodo perihal Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 belum cukup menopang sentimen pasar.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (16/8/2021), IHSG turun 0,84 persen menjadi 6.087,91. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.056,74-6.147,3.
Investor asing cenderung masuk dengan net buy Rp588,64 miliar jelang penutupan. Saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy masing-masing Rp247,1 miliar dan Rp183,5 miliar.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino menilai pelemahan IHSG lebih disebabkan sikap investor yang menanti pengumuman terbaru dari PPKM Level 4 hari ini.
“Berdasarkan pengalamanan yang sudah-sudah, investor saat ini cenderung lebih hati-hati,” kata Mino kepada Bisnis, Senin (16/8/2021).
Baca Juga
Adapun, pemberlakuan PPKM level 3 dan 4 atau pembatasan gerak masyarakat di luar ruang telah diberlakukan sejak 3 Juli 2021 sampai saat ini. Pengumuman pemberlakuan PPKM ini dilakukan setiap minggu dengan memperhatiakn perkembangan kasus Covid-19.
Data terbaru menunjukkan secara nasional, berdasarkan perhitungan menggunakan enam indikator Kementerian Kesehatan, jumlah provinsi di level 4 menurun pada pekan lalu dari pekan sebelumnya. Seperti di Pulau Jawa, Jawa Barat dan Banten sekarang sudah level 3.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan investor juga bakal mencermati pidato tahunan Presiden Jokowi menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia hari ini, terutama bagian pidato anggaran 2022.
"Hal ini diperkirakan juga berdampak terhadap pergerakan IHSG sehari sebelum peringatan HUT RI ke-76," imbuhnya.
Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menyebutkan pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan pada kisaran 5,0 persen sampai 5,5 persen seperti tercantum dalam RAPBN 2022.
"Kita akan berusaha maksimal mencapai target pertumbuhan di batas atas, yaitu 5,5 persen. Namun, harus tetap waspada, karena perkembangan Covid-19 masih sangat dinamis," jelasnya.
Tingkat pertumbuhan ekonomi ini juga menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural.
Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
Inflasi akan tetap terjaga pada tingkat 3 persen, menggambarkan kenaikan sisi permintaan, baik karena pemulihan ekonomi maupun perbaikan daya beli masyarakat.
Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.350 per dolar AS dan suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diperkirakan sekitar 6,82 persen, mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan pengaruh dinamika global.