Bisnis.com, JAKARTA - Emiten rumah sakit grup Lippo, PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), mencatat kontribusi pendapatan dari pasien Covid-19 sebesar 15 persen dari total pendapatan perseroan sepanjang semester pertama 2021.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021 yang belum diaudit, perseroan mencetak pendapatan selama 6 bulan sebesar Rp3,81 triliun naik 51,65 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,51 triliun.
Direktur Keuangan Siloam International Hospitals Daniel Phua mengungkapkan pendapatan dari pasien Covid-19 sebesar 15 persen dari total pendapatan pada semester I/2021. Artinya, pendapatan dari pasien Covid-19 berkisar Rp571,5 miliar.
"Angka yang dirilis kalau dari first half dari revenue kira-kira 15 persen revenue kami dari Covid-19 treatment, kita tidak membagi sampai berapa banyak pasien itu tergantung ekuitasnya, kompleksitasnya, itu yang kami charge balik ke Kementerian Kesehatan," jelasnya dalam sesi wawancara khusus dengan Bisnis Indonesia, Senin (2/8/2021).
Menurutnya, pendapatan dari pasien Covid-19 tidak dominan karena memang perseroan fokus kembali kepada basis bisnisnya, yakni melayani pasien non-Covid-19. Adapun, perseroan hanya menyediakan 3 rumah sakit khusus pasien Covid-19 di wilayah Jabodetabek.
Kami percaya walaupun Covid-19 penting, masyarakat masih banyak penyakit yang lainnya. Kita tidak boleh lupa orang yang butuh transplantasi ginjal, butuh treatment kanker yang harus dirawat. Jadi walaupun Covid-19 cukup penting, tapi jauh lebih banyak penyakit lainnya yang jauh menyebar di mana-mana," paparnya.
Baca Juga
Adapun, berdasarkan pertumbuhan pendapatan, pendapatan dari pasien Covid-19 bertumbuh secara signifikan terhadap kontribusi pendapatan perseroan, karena pada semester I/2020 kontribusinya hanya 4 persen, kemudian melonjak menjadi 15 persen.
Kontribusi pendapatan dari pasien jenis lainnya pasien BPJS kesehatan sebesar 12 persen atau setara Rp457,2 miliar mengalami penurunan persentase dari semester pertama tahun lalu sebesar 18 persen.
Kontribusi dari pasien yang membayar sendiri biaya kesehatannya mencapai 35 persen turun dari besaran kontribusi pada semester pertama tahun lalu sebesar 39 persen dengan total pendapatan Rp1,33 triliun.
Kontribusi dari pasien dengan biaya asuransi dan perusahaan juga menurun persentasenya menjadi 38 persen dari 40 persen sehingga total pendapatan dari jenis pasien ini sebesar Rp1,45 triliun.
"Kami tetap sediakan 1.700 bed untuk Covid-19, kami tidak mau sekarang bisnis Covid-19 lagi bagus semuanya ke Covid-19 saja. kami masih tetap yakin Covid-19 akan pergi suatu saat nanti. Tentu akan hilang dengan cepat, tapi kita tidak bisa lupa, waktu semua orang fokus covid-19 masih ada pasien lain," katanya.
Kendati demikian, jika mengacu pada kondisi pandemi Covid-19 yang penularannya masih tinggi, Siloam bukan tidak mungkin menambah jumlah rumah sakit yang khusus melayani pasien Covid-19.
"Ini hal-hal yang selalu kami diskusikan, ini sudah ada 3 di DKI juga berdasarkan evaluasi kita butuh tambahan di DKI," imbuhnya.
Di sisi lain, perseroan juga meneruskan langkah ekspansinya dengan menambah pembangunan baru dua rumah sakit, yakni di Banjarmasin yang sudah beroperasi dan di Surabaya yang masih dalam tahap pembangunan.
Dari sisi belanja modal tahun ini, emiten milik keluarga Riady ini berencana menggelontorkan dana berkisar Rp450 - Rp500 miliar. Adapun, realisasinya hingga semester I/2021 mencapai Rp200 miliar.
"Ini macam-macam sebagian untuk Covid-19, oxygen concentrator, ventilator, menambah bed, infrastruktur, sebagian untuk dua rumah sakit baru tadi. Sebagian juga dari dahulu kita sudah ada rencana membuat beberapa center of excellence lah, kita bilang setiap rumah sakit harus ada keunggulannya sendiri," urainya.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan jika melihat tren kenaikan kinerja emiten Rumah Sakit tidak mengejutkan karena memang kondisi Covid-19 memicu peningkatan kinerja tersebut.
"Coba saja lihat dari sisi pendapatan mereka, kan yang namanya RS mendapat pemasukan dari layanan kesehatan, layanan kamar, dan keterisian bed di RS, dan juga pendapatan kesehatan lain-lain," katanya kepada Bisnis.
Di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, tidak hanya masalah Covid-19, adanya penderita penyakit lainnya pun harus mendapatkan pelayanan RS dan memicu permintaan sehingga akan menambah sumber pendapatan dari RS.
Menurutnya, dengan asumsi Covid-19 akan usai, bisa jadi kondisi over demand terhadap rumah sakit akan mereda dan sedikit membuat kinerja emiten rumah sakit termasuk SILO melandai.
"Bisa jadi permintaan layanan kesehatan dan keterisian kamar tidak over demand seperti saat ini dan kondisi RS akan kembali normal. Kalaupun nantinya akan terjadi penurunan kinerja dari kondisi saat ini maka saya rasa wajar," urainya.
Dia meneruskan masih merekomendasikan beli untuk saham-saham emiten rumah sakit. Salah satu yang direkomendasikan beli, yakni SILO dengan target harga di rentang 8450-8950.