Bisnis.com, JAKARTA – Satu manajer investasi menyebutkan kinerja reksa dana saham yang negatif merupakan akibat dari melemahnya kinerja indeks LQ45 yang memuat saham-saham emiten berkapitalisasi jumbo atau big caps.
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management Anthony Dirga menyampaikan tekanan terhadap reksa dana saham sepanjang tahun ini didorong oleh pelemahan harga saham-saham big caps.
“Ini bisa dilihat pada kinerja LQ45 yang minus 11,96 persen ytd, jauh lebih lemah daripada kinerja IHSG yang masih naik 1,52 persen ytd. Di bulan Juli sendiri, LQ45 turun 2,58 persen vs IHSG yang naik 1,41 persen,” papar Anthony kepada Bisnis, Rabu (4/8/2021).
Anthony menyebutkan, tentunya mayoritas reksa dana saham cenderung berinvestasi pada saham-saham big caps tersebut, sehingga pelemahan harga itu juga menekan kebanyakan kinerja reksa dana saham.
Trimegah sendiri, ungkapnya mencatatkan kinerja rata-rata positif untuk produk reksa dana saham mereka dengan range performance minus 1 persen hingga naik 4 persen pada Juli 2021 ini.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana saham mencatatkan kinerja paling buruk dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya. Secara tahun berjalan, kinerja reksa dana saham terpuruk menjadi minus 9,32 persen. Sementara itu, secara per bulan pada Juli 2021, reksa dana saham masih mencatatkan kinerja negatif yaitu 0,06 persen.
Baca Juga
Adapun IHSG mengalami peningkatan kinerja sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd) yaitu naik 1,52 persen, sedangkan secara per bulan juga turut naik sebesar 1,41 persen per 30 Juli 2021.
Lebih lanjut, Anthony mengungkapkan penurunan kinerja reksa dana saham saat ini dipengaruhi oleh situasi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan yang memukul perekonomian Indonesia dan memberikan pressure pada bottom line perusahaan baik yang ada di bursa maupun tidak.
Selain itu ungkapnya, saat ini adanya preferensi investor pada sektor-sektor yang dikategorikan sebagai new economy, seperti misalnya teknologi, logistik, fintech, dll.
“Preferensi ini is at the cost of outflow dari sektor-sektor yang dikategorikan sebagai old economy, yang kebanyakan adalah saham-saham big caps yang selama ini merajai pasar saham kita,” ujar Anthony.
Alhasil terusnya, banyak saham-saham big caps yang mengalami de-rating dan harga sahamnya pun turun perlahan-lahan.
Namun pada akhir tahun, Anthony pun memprediksi kinerja reksa dana saham akan memiliki kinerja yang sangat baik seiring dengan optimisme target IHSG Trimegah yang tidak berubah berada dalam rentang 6.700 - 6.800.
Menurutnya masih ada peluang upside lebih dari 10 persen jika targetnya terpenuhi. Bahkan menurutnya untuk produk reksa dana saham tertentu bisa mengalahkan indeks dengan potensi return yang lebih baik lagi.
Dia mencontohkan, produk reksa dana Trim Kapital Plus memiliki kinerja ytd naik 11,58 persen dan Trimegah Balanced Absolute Strategy memiliki kinerja ytd yang naik 18,42 persen di saat LQ45 berkinerja ytd turun 11,96 persen.
“Semua karena strategi investasi yang taktis, fleksibel, dan adaptif dengan kondisi pasar yang cenderung sulit di masa konsolidasi ini,” ungkap Anthony.
Sementara itu, menurutnya penanganan optimal pandemi oleh pemerintah menjadi kunci untuk membangkitkan ekonomi Indonesia dan pasar saham ke depannya.