Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Rumah Sakit milik keluarga Riady PT Siloam International Hospitals Tbk. tengah mempertimbangkan rencana stock split alias pemecahan sahamnya ketika saat ini menjadi saham dengan harga paling tinggi di sektornya.
Direktur Keuangan Siloam International Hospitals Daniel Phua mengungkapkan sebenarnya dari sisi harga, saham yang mahal dan murah itu relatif dan bergantung definisinya.
"Dari sisi mahalnya tergantung dari sisi definisi mahalnya, kalau dari sisi EBITDA margin kami masih sangat-sangat murah, terkait dengan harga saham per Juni itu memang dianggap mahal," jelasnya dalam sesi wawancara khusus dengan Bisnis Indonesia, Rabu (4/8/2021).
Dia menjelaskan manajemen internal sudah membahas mengenai kemungkinan melakukan pemecahan saham emiten yang mengelola 40 unit rumah sakit di Indonesia ini.
"Saya merasa itu pernah dibahas dari sisi internal manajemen belum ada keputusan untuk itu, tapi kami terbuka untuk itu. Itu juga pernah dibahas dan di evaluasi, apalagi dengan kenaikan harga yang cukup kencang beberapa bulan ini, memang masuk dalam pertimbangan manajemen tapi belum ada keputusan yang pasti," urainya.
Di antara sejumlah emiten yang bisnis intinya mengelola rumah sakit, emiten bersandi SILO ini menjadi emiten dengan harga tertinggi. Pada penutupan perdagangan Rabu (4/8/2021), harga saham SILO ditutup menguat 0,88 persen di level 8550.
Sementara, emiten rumah sakit lainnya, seperti PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), dan PT Bundamedik Tbk. (BMHS) berturut-turut ditutup di harga 2510, 1190, dan 1045.
Emiten rumah sakit lainnya, HEAL baru saja melakukan stock split pada 29 Juli 2021 lalu dengan memecah sahamnya 1:5.