Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREMIUM NOTES : Balik Kanan Rektor UI Hingga Kabar Baik BI untuk Emiten Properti

Rights issue BBRI untuk menyambut realisasi holding ultra mikro kian mendekati kenyataan. Pada saat yang sama, keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga rendah menjadi kabar menggembirakan bagi emiten properti.
Gedung Bank Rayat Indonesia di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Gedung Bank Rayat Indonesia di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah beberapa waktu terakhir menjadi sorotan para pengguna media sosial, Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengundurkan diri dari jabatan Wakil Komisaris Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).

Pengunduran diri Ari, yang telah mendapat persetujuan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), diumumkan perseroan lewat keterbukaan informasi pada Kamis (22/7/2021). Bersamaan dengan pengunduran diri ini, saham BBRI ditutup menghijau dengan penguatan 2,09 persen ke posisi Rp3.900 per saham.

1. Persetujuan Holding UMi BBRI hingga Pengunduran Diri Ari Kuncoro

Selain berakhirnya polemik yang menyeret nama Ari, investor mulai bergairah melakukan transaksi saham BBRI seiring rencana perseroan melakukan rights issue guna merealisasikan mimpi pembentukan holding ultra mikro. 

Aksi rights issue juga sudah mendapat persetujuan dalam RUPS, bersamaan dengan disahkannya pengunduran diri Ari Kuncoro.

Ulasan selengkapnya dapat dibaca di sini.

bank indonesia
bank indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020)./Dok. Bank Indonesia

2. Vaksin Manjur Bank Indonesia untuk Emiten Properti (BSDE, CTRA, LPKR, PWON)

Jauh dari ingar bingar holding ultra mikro dan pergantian direksi BBRI, di tempat lain, Bank Indonesia (BI) mengumandangkan keputusan pentingnya.

Setelah melewati pembahasan dan kajian mendalam dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), BI mengumumkan bahwa kebijakan suku bunga acuan alias BI 7 Days Reverse Repo Rate 3,5 persen bakal dipertahankan. Aturan suku bunga rendah ini dipandang masih penting untuk diimplementasikan seiring kondisi perekonomian yang serba belum menentu.

Bersamaan dengan keputusan tersebut, BI juga mempertahankan suku bungan deposito dan pinjaman rendah. Masing-masing 2,75 persen dan 4,25 persen. Lewat kebijakannya, Gubernur BI Perry Warjiyo berharap stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem pembayaran dapat terjaga.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, karena ketidakpatian pasar keuangan global di tengah inflasi rendah dan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

Sontak, keputusan BI tersebut disambut hangat oleh investor. Grafik saham-saham sektor properti perlahan mulai menghijau, ditandai dengan kenaikan harga saham-sama unggulan di sektor tersebut seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) hingga PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).

Sektor properti memang jadi salah satu sektor yang diuntungkan kebijakan suku bunga acuan rendah. Dipadukan dengan masih berlakunya insentif pajak dari pemerintah, kebijakan tersebut diyakini berbagai kalangan bakal memacu rapor penjualan properti sampai akhir tahun.

Ulasan lengkap mengenai proyeksi kinerja tersebut dapat dibaca di sini.

jahja setiaatmadja
jahja setiaatmadja
 

Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menjawab pertanyaan saat halalbihalal bersama media di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

3. Bos-bos Emiten Tancap Gas Borong Saham, Kode Buat Investor Ritel?

Geliat memanfaatkan harga sejumlah emiten besar yang terdiskon sebagai momen menambah investasi bukan cuma terasa di kalangan investor ritel.

Sejumlah bos-bos di perusahaan besar seperti PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), PT MD Pictures Tbk. (FILM), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG), hingga PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga kedapatan meningkatkan porsi kepemilikan sahamnya sejak awal Juli 2021.

Bagaimana sebaiknya investor ritel menyikapi fenomena tersebut? Haruskah mereka mengikuti langkah para bos-bos besar ini?

Pertanyaan tersebut barangkali akan lebih mudah terjawab setelah membaca artikel ini.

elnusa
elnusa
 

Aktivitas operasional PT Elnusa Tbk./elnusa.co.id

4. Historia Bisnis : Saratoga & Northstar Kejar Akuisisi ELSA

Ingatkah Anda bahwa sekitar 12 tahun lalu, sebelum jatuh ke pelukan PT Pertamina (Persero), emiten migas PT Elnusa Tbk. (ELSA) pernah nyaris diakuisisi konsorsium hasil kongsi Saratoga dan Northstar Pacific?

Konon, koalisi perusahaan yang terafiliasi dengan taipan Sandiaga Uno dan Patrick Walujo tersebut akhirnya gagal lantaran terganjal oleh status saham milik PT Tri Daya Esta.

Tersandungnya rencana bisnis Saratoga dan Northstar itu sempat jadi salah satu topik utama dan menghiasi pemberitaan Harian Bisnis Indonesia edisi 22 Juli 2009.

Jika Anda lupa dengan kronologis kisah tersebut dan ingin kembali mengingatnya, membaca artikel ini barangkali akan sedikit mengembalikan memori akan kenangan lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper