Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Powell Kembali Bersikap Dovish, Dolar AS Melemah

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,43 persen pada 92,404 pada Rabu (14/7/2021).
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat memangkan penguatan pada akhir perdagangan Rabu (14/7/2021), setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada Kongres bahwa ekonomi AS masih jauh dari level yang ingin dilihat bank sentral sebelum mengurangi dukungan moneternya.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,43 persen pada 92,404, setelah naik setinggi 92,832 - tepat di bawah 92,844 yang dicapai minggu lalu untuk pertama kalinya sejak 5 April.

Greenback tergelincir 0,45 persen terhadap euro menjadi 1,183 dolar AS, setelah menyentuh level tertinggi sejak 5 April.

Komentar Powell muncul setelah data indeks harga produsen AS naik lebih besar dari yang diperkirakan, membukukan kenaikan tahunan terbesar dalam 10,5 tahun terakhir. Sehari sebelumnya, data menunjukkan inflasi AS pada Juni mencapai level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.

Inflasi yang kuat telah mengangkat greenback ke level tertinggi tiga bulan, karena fokus dipertajam ketika bank sentral di seluruh dunia akan mulai menarik stimulus era pandemi.

Fokus itu meningkat pada Rabu (14/7/2021) setelah bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand, mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi, meningkatkan ekspektasi dapat menaikkan suku bunga segera setelah Agustus.

Bank sentral Kanada, Bank of Canada, mengatakan akan memangkas pembelian obligasi mingguan menjadi dua miliar dolar Kanada (1,6 miliar dolar AS) dari tiga miliar dolar Kanada.

Tetapi Powell pada awal kesaksiannya selama dua hari di depan Kongres mengatakan The Fed teguh pada keyakinannya bahwa kenaikan harga-harga saat ini terkait dengan pembukaan kembali ekonomi dan bersifat sementara.

"Powell mempertahankan pesan dovish, semacam mendorong kembali kekhawatiran bahwa dia akan mengubah nadanya, atau pendekatan yang lebih sabar yang dia bicarakan, setelah rilis inflasi di atas ekspektasi," kata Marvin Loh, ahli strategi pasar global senior di State Street.

“Mereka masih berada di jalur ini untuk secara perlahan mengurangi pembelian aset bahkan sebelum mereka mulai mempertimbangkan kenaikan suku bunga, jadi kami masih beberapa tahun lagi dari pengetatan itu berdasarkan semua yang kami dengar hari ini,” katanya.

"Penurunan euro kembali di bawah 1,18 kemarin mungkin sedikit berlebihan dan jadi pemulihan hari ini, saya pikir, akan terjadi bahkan tanpa komentar Powell," kata John Doyle, wakil presiden perdagangan di Tempus Inc.

Dolar melonjak hampir tiga persen bulan lalu setelah poros hawkish Fed memaksa pasar untuk menilai kembali ketika penurunan dan kenaikan suku bunga mungkin dimulai. Dolar menguat 0,6 persen pada Selasa (13/7/2021) setelah data inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper